Mohon tunggu...
Siti Aisyah S.Pd M.Pd.
Siti Aisyah S.Pd M.Pd. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Pegiat Literasi, Seorang Pengajar di Kampus Swasta, Menjadi Abdi Desa, Ibu rumah Tangga dan Pegiat Literasi dengan CItati Google schoolar, dan Penulis Artikel Ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Pena Pereda Kesepianku 'Dikala Waktu Itu' Part 13: Kehidupan Selanjutnya

8 Januari 2024   20:50 Diperbarui: 8 Januari 2024   20:50 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

“Uni,, aku mohon bantu aku, aku tidak bisa menentukan arah kemana aku harus pergi tanpa ada arahan dari seseorang yang aku percaya, uni, aku mohon....” ungkapku sambil memegang erat kedua tangannya.

HEHE.......  ini anak malah menangis ketika kita bercanda, aku bercanda tahu. Masa sih seorang teman yang selama ini tempat aku menyontek, tempat aku minta tolong untuk menjelaskan materi pelajaran waktu SMA, tidak mau aku bantu, sekali-kali aku harus balas budi, terhadap kebaikanmu selama ini, kau adalah teman yang aku kenal tidak pernah mengeluh terhadap tugas di sekolah, seorang teman yang selama ini ku kenal tidak pernah mengungkapkan perasaannya, baik sedih maupun  gembira, tidak pernah berkumpul dengan teman-teman sekolah ketika hal itu tidak ada manfaatnya, walau itu hanyalah suatu hiburan.” Ungkapnya dengan suara yang agak tersedu-sedu.

Baru pertama kali ini, aku melihat dia menangis selama ini, ternyata memang rasa sayang yang selama ini kepdaku tidak pernah sirna, walau cara dia mengungkapkannya seperti anak-anak, ketika dia melihatku dia selalu langsung memelukku, walau itu dimanapun,  akan tetapi hal ini telah membuatku sedikit bersemangat lagi untuk menempuh pendidikan. akan tetapi dia melanjutkan pembicaraannya “akan tetapi aku tidak berjanji bisa membantumu sepenuhnya karena sekarang ini aku sedang masas-masa final, dan akupun tidak tahu harus memberikan informasi seperti apa, dan aku tidak tahu jurusan apa yang harus kamu ambil, dan yang terbaik untukmu.” Ungkapnya.

Akun tertegun melihatnya “lalu bagaimana ini?, apakah kita harus meminta bantuan kepada siapa?” ungkapku padanya seperti sedang memohon “ bagaimana kalau kita meminta bantuan kepada pak MB, karena dia inikan selam ini selalu mebantumu ketika dulu masuk kuliah, dialah orang yang sangat kompeten dalam hal ini, aku yakin dia pasti bisa menunjukkan jalan yang terbaik untukmu, dan bersedia membantu,mu.” Ungkap uni kepadaku

“tapi aku malu jika harus meminta bantuan kepadanya, karena selama inikan dia yang telah membantuku untuk kuliah disana, akan tetapi aku telah mengecewakannya, aku malu jika dia melihatku dalam keadaan seperti ini” ungkapku dengan sedikit menundukkan kepala sepertinya harapan itu telah sirna lagi.

Tapi, uni memberika suatu sugesti betapa pak MB sangat menyayangiku, dan apa yang ada dipikiranku harus aku singkirkan jauh-jauh, karena hal itu akan menjadikanku semakin terpuruk saja. Karena diri sendiri inilah yang membuat diri ini semakin sedih saja, akku pun mulai diberikan beberapa pernyataan-pernyataan tentangg betapa diriku dangat dirindukan oleh teman-teman dan guru=guru di masa lalu.. pernyataan demin pernytaan menyadarkanku bahw a aku harus kuat untuk melangikahkan kaki untuk mencari bantuan kepada beliau.

Kami pun memulai perjalanan untuk kerumah beliau , dan sebelumnya kami singgah dulu di rumahku untuk berganti pakaian, dan sedikit i wajah yang sangat menyedihkan ini, agar beliau tidak terlalu merasa bahwa diriku berada dalam dunia yang sangat membosankan bagiku.

Setelah kami sampai kami pun masuk kedalam rumahnya dan aku pun langsung enagis sejadi-jadinya di depannya entah bagaimna caa memulai pembicaraan ini, dan pak MB pun memulai pembicaraan dan aku dengan sedikit terseduh sedurh menjelaskan kepadanya dan uni pun memberikan penjelasan lanjutan  kepada beliau, dan akhirnya bapak pun masih menawarkan kepadaku untuk kemblali lagi ke unhas dengan mulai mendaftar ulang dengan jurusan yang berbeda. Tapi aku memilih kata “tidak” dan akhirnya dia memutuskan untuk membawaku ke sekolah tinggi di mana tempatku berada sekarang ini dan dengan jurusan pilihannya pun, dan beliau pun membantu ku dengan sekuat tenaganya agar aku melanjutkan perjalanan menaungi samudRa pendidikan selama ini yang sempat terhenti.

INILAH AWAL DARI PERJALANAN HIDUPKU MENAUNGI SAMUDRA PENDIDIKAN... AKU RINDU KEPADAMU.... , AKU RINDU JIWAKU, AKU RINDU  DUNIAKU KEMBALI...MAKA DENGAN UCAPAN BISMILLAHIRROHMAANIRROHIM  AKU AKAN MENUJU KESUKSESAN KEMBALI.

End... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun