Mohon tunggu...
Siti Aisyah S.Pd M.Pd.
Siti Aisyah S.Pd M.Pd. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Pegiat Literasi, Seorang Pengajar di Kampus Swasta, Menjadi Abdi Desa, Ibu rumah Tangga dan Pegiat Literasi dengan CItati Google schoolar, dan Penulis Artikel Ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Pena Pereda Kesepianku "Dikala Waktu Itu" Part 10, Berobat

7 Januari 2024   22:55 Diperbarui: 7 Januari 2024   22:58 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Part 10:

Aku berada dalam dua pilihan yang sangat rumit, tapi takdir membawaku untuk tak memilih apapun, aku tetap masih dalam keadaan sakit, walaupun setiap kali melakukan pemeriksaan dan mengomsumsi obat-obatan dari dokter.. tapi apapun yang diusahakan oleh seorang dokter, jika orang yang memang diobati tidak ada semangat maka hasilnya pun sia-sia.. sakit ini sudah merasuk ke dalam batin, setiap sesuatu yang  kuingat, baik itu tentang masa depa, cita-cita yang tingga, hingga jatuh kedalam jurang yang sangat hina, itu semua membuatku menangis, tapi tidak ada tempat untuk mencurahkan itu semua..

Perawatan demi perawatan dilakukan selama 2 bulan, mungkin secara fisik sudah sembuh, tapi sakit yang ada di dalam batin semakin menggerogoti hati ini, bagai air yang terus mengalir kesekitarnya., hal ini juga diperparah karena omongan-omongan yang ada di samping rumah tentang diriku, yang dianggap orang paling celaka, orang ang dulu sangat diagungkan tapi sekarang menjadi pusat pembicaraan orang banyak mereka selalu mengira-ngira apa yang terjadi tentang diri ini, mulai dari omongan tentang diriku yang kena guna-guna laki-laki, guna-guna karena terlalu pintar sehingga banyak orang yang sirik terhadapku, dan aku yang pernah membuat orang sakit hati..

Tapi itu semua hanyalah omongan semata yang tidak bisa di percaya, dan tak daa bukti. Tapi itulah orang kampung selalu memilki topik pembicaraan setiap harinya, dan biasanya pasti menambah-nambahkan pembicaraan yang tidak sesuai dengan faktanya.

Hari demi hari kulalui dirumah, tapi aku yang tidak memilki teman, hanya bisa dirumah menyendiri, dan sesekali aku menjaga adikku yang masih kecil.  Sesekali aku mengajaknya bercerita tentang apa yang kurasakan,aku mengajaknya bercerita layaknya seorang teman yang bisa merasakan apa yang kurasakan. 

Aku mengatakan kepadanya, bahwa dia akan menerusakan perjuanganku ini, dia nanti harus menjadi yang terbaik dibandingkan aku, dia harus membahagiakan orang tuaku, dan jangan pernah sesekalipun membuat beliau menjadi bahan omongan orang-orang seperti diriku ini, tak sadar diri ini setia bercerita kepada malaikat kecil ini, tak henti-hentinya air mata ini menetes bagai ada sumber mata air di dalamnya,, tapi disinilah kurasakan kenyamanan bersamanya, disini juga kurasakan bahwa malaikat kecil ini benar-benar merasakan apa yang kurasakan. 

Ketika tangannya yang mungil menghapus air amata ini, dan langsung mengusap pipi ini, dan menciumku,, padahal dia masih berusia 6 bulan,  belum mengenal dunia luar, tapi disitulah sedikit kebahagiaanku, ternyata masih ada seorang yang peduli terhadapku, selain orang tuaku.

Entah kemana semua teman-teman selama ini di SMA, entah mereka memang tidak tahu akan diri ini, tak tahu tentang penyakit ini, tak tahu tentang apa yang terjadi ataukah memang tidak ada rasa iba terhadapku, ataukah tak ada rasa berterimahkasih kepadaku, yang semasa sekolah dulu selalu memperlihatkan PR, tugas-tugas, membantu mengerjakan tugas sekolah, baik individu maupun kelompok, membantu mengerjakan LKS, UAS, DAN MID..entah mereka kemana. 

Mereka yang rela bermain bahakan mereka rela untuk menginap dirumah jika ada tugas, atau semacamnya.. tapi dimana mereka ketika kumembutuhkan semangat dari mereka, membutuhkan teman curhat, membutuhkan motivasi, hiburan dan lainnya, aku hanya menganggap bahwa selama ini mereka berteman denganku ternyata karena ada sesuatu, bukanlah karena memang itu arti sahabat..

Disinilah, kehidupanku berjalan dengan sendirinya,  berangsur-angsur kesehatanku pulih, berkat dorongan dan semangat dari malaikat kecil ini, tapi kenapa tidak ada lagi rasa untuk menempuh pendidikan, tak ada lagi rasa untuk manggapai cita-cita.. hari demi hari kulalui hanya sebagai masyarakat biasa, anak kecil yang mematuhi apapun yang diucapkan orang tua, menjadi sesosok anak biasa yang tidak sekolah. aku menjalani kehidupan, walau tidak semua orang yang ada disekitarku menerimaku, sesekali mereka melihatku seperti melihat sebagai najis di kampung ini, bagai duri di dalam daging yang semakin hari semakin sakit.

Tak pernah terbayangkan olehku selama ini ada seseorang yang respect kepadaku, ada seorang teman yang masih mengingat kebaikanku. Dia menyempatkan waktunya, ketika libur singgah di rumah untuk menjengukku. Betapa terkejutnya diriku mnegtahui bahwa ada seorang teman yang ingin bertemu denganku. Pembicaraanpun berlangsung lama, baru kali ini aku berdua dengan seorang lakilaki yaitu seorang teman berbicara dan singgah dirumah, walaupun itu adlaah keluarga. Tapi entah kenapa orang tuaku mengizinkan, mungkin selama ini dia melihatku tak ada seseorangpun yang menjenguk jadi diapun mengizinkanku berbicara panjang lebar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun