Pucuk harapan di Patok ayam
hidup di desa adalah kebahagiaan dan menjadi sumber pencaharian untuk menjadi petani.Petani dan Bertani adalah salah satu aktivitas yang tidak bisa dihindarkan jika hidup di desa. Banyak kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan di desa, namun aktivitas Bertani dan dengan keberadaan lahan sawah dan kebun yang luas memungkinkan untuk menjalani aktivitas Bertani secara umum dibanding hidup di kota, yang bahkan lahan sawah dan kebun saja tidak bis akita dapatkan atau lihat.Â
Bagi kalangan petani, Bertani jagung atau palajiwa yang termasuk didalamnya segala jenis umbi-umbian dan kacang-kacangan menjadikan diri untuk senantiasa mengadakan atau menyebar bibit di sawah atau kebun. Namun musim tanam dan jadwal tanam yang dilakukan petani haruslah dirapatkan oleh tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Hal tersebut guna untuk menjaga kestabilan bibit yang telah disebar, dan menghindari berbagai kematian bibit akibat penyakit atau hewan pengganggu lainnya.Â
Namun apa yang terjadi dalam kenyataannya tidak semua orang tahu dan memiliki kepekaan yang tinggi untuk tidak melakukan pengrusakan terhadap tanaman yang telah ditanam oleh tetangga atau orang sekitar kita. Hal ini terbukti dengan dengan tidak mengurung ayam yang diternakkan, sehingga ayam yang ada akan mencari makan ke sawah, apalagi bagi petani yang memiliki lahan sawah yang berdampingan dengan perumahan warga dan kendang ayam atau kendang sapi warga. Hal ini sangat mengganggu bagi para petani, karena selain untuk mengurusi tanamannya di sawah atau kebun, juga harus senantiasa waspada dengan berjaga-jaga di wilayah sawah atau kebun tersebut untuk melakukan pengawasan terhadap ternak-ternak pengganggu dan pemakan tanaman ini. Sebagaimana diketahui ternak ayam akan melakukan pencarian dan akan senantiasa mencari makan, dengan mencakar-cakar tanah, sebagaimana kita ketahui bahwa jagung atau umbi-umbian yang ditanam di tanah, akan dibongkar oleh ayam, sehingga bibit yang tersedia atau disebar petani tidak akan tersisa akibat ternak ayam yang di lepas oleh warga yang tidak sadar untuk mengurung ayamnya jika musim tanam datang.Â
Begitupun dengan cobaan para petani lainnya, jika tanaman sudah tumbuh. Maka ternak lainnya atau penyakit tanaman bisa menjadi pengganggu dalam pertumbuhannya. Apalagi jika masyarakat tidak mengandangkan sapi atau ternak pemakan rumput atau tanamannya dengan benar, dan membiarkannya dilepas begitu saja. Maka Habislah Pucuk Harapan Petani akibat ketidakwarasan masyarakat lain untuk saling memahami masing-masing. Selain daripada itu, dengan ketidaksadaran dan keegoisan masyarakat dapat menimbulkan dampak yang sangat luas biasa terhadap kelangsungan kedamaian bertetangga. Beberapa kasus di sekitar kita, banyak kejadian karena masalah ternak yang lepas di sawah atau kendang mengakibatkan pemilik lahan dan pemilik ternak adu jantan, dan mengakibatkan salah satu atau keduanya terbawa emosi dan saling mencelakakan, baik menyebar racun bagi ternak, maupun saling membunuh antara pemilik lahan dan pemilik ternak. Naudzubillah.Â
 Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut?Â
Sebagai pemerintah dan tokoh masyarakat setempat untuk melakukan perkumpulan atau musyawarah degan menetapkan hari atau jadwal tanam, serta dengan dijadwalkannya jadwal tanam, maka diberikan pula pengaturan terhadap ternak masyarakat untuk tidak dibiarkan dan dikandangkan dengan baik. Ini demi untuk kemaslahatan masyarakat setempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H