Mohon tunggu...
Siti Afrinda Kartan
Siti Afrinda Kartan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Pembuat Konten Siswi SMP Seksi di Tabanan Mengaku Dapat Izin Orang Tua

13 Desember 2024   15:09 Diperbarui: 13 Desember 2024   15:09 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berita tentang oknum guru di SMPN 2 Kerambitan, Tabanan, Bali, yang membuat konten video dan foto dengan pose sensual menggunakan siswi di bawah umur, memunculkan banyak pertanyaan dan keprihatinan. Dalam situasi ini, ada empat aspek yang ingin saya ulas secara mendalam, yaitu:

1. Etika Pendidikan

Pertama-tama, kita harus mempertimbangkan etika pendidikan. Guru seharusnya menjadi panutan bagi siswa, memberikan contoh yang baik dalam perilaku dan moral. Tindakan guru tersebut, meskipun dia mengklaim telah mendapatkan izin dari orang tua, tetap mencerminkan pelanggaran etika yang serius. Menggunakan siswa sebagai objek dalam konten yang bersifat sensual tidak hanya merusak kepercayaan siswa terhadap guru, tetapi juga menciptakan lingkungan yang tidak aman di sekolah. Pendidikan seharusnya fokus pada pengembangan karakter dan pengetahuan siswa, bukan pada eksploitasi mereka untuk tujuan yang meragukan. Dalam hal ini, tindakan guru tersebut bisa dilihat sebagai pengkhianatan terhadap tanggung jawabnya. Meskipun dia berargumen bahwa konten tersebut bertujuan untuk menampung kreativitas siswa, pendekatan yang diambil sangat tidak pantas dan bisa berpotensi merugikan mental serta emosional siswa.

2. Perlindungan terhadap Anak

Aspek penting lainnya adalah perlindungan terhadap anak. Dalam banyak negara, ada undang-undang yang ketat mengenai perlindungan anak dari eksploitasi, termasuk dalam konteks pendidikan. Meskipun guru mengklaim telah mendapatkan izin dari orang tua, kita harus mempertanyakan sejauh mana izin tersebut diberikan dan apakah orang tua benar-benar memahami implikasi dari apa yang diizinkan. Perlindungan anak harus menjadi prioritas utama dalam setiap lembaga pendidikan. Pihak sekolah dan dinas pendidikan harus memiliki mekanisme yang jelas untuk memastikan bahwa semua aktivitas yang melibatkan siswa tidak hanya legal, tetapi juga etis dan aman. Dalam kasus ini, tampaknya ada kekurangan dalam pengawasan dan regulasi yang jelas mengenai penggunaan media sosial dan konten yang melibatkan siswa.

3. Peran Orang Tua

Peran orang tua dalam situasi ini juga sangat krusial. Izin yang diberikan oleh orang tua tidak dapat dijadikan alasan untuk membenarkan tindakan yang tidak etis. Orang tua seharusnya lebih aktif dalam memahami jenis konten yang dihasilkan dan bagaimana anak-anak mereka terlibat. Ini menyoroti pentingnya komunikasi yang baik antara orang tua dan anak, serta pendidikan orang tua tentang risiko yang mungkin dihadapi anak-anak mereka di dunia digital. Orang tua juga perlu diberikan pemahaman yang lebih baik tentang hak dan perlindungan anak. Pendidikan tentang hak anak harus dimulai dari rumah, sehingga anak-anak merasa berdaya untuk menolak jika mereka merasa tidak nyaman dengan situasi tertentu. Dalam hal ini, tanggung jawab tidak hanya terletak pada pihak sekolah, tetapi juga pada orang tua untuk melindungi anak- anak mereka dari potensi bahaya.

4. Tanggung Jawab Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi siswa. Dalam kasus ini, tampaknya ada kekurangan dalam pengawasan dan regulasi yang jelas mengenai penggunaan media sosial oleh siswa dan guru. Dinas Pendidikan Tabanan mengakui bahwa tindakan tersebut melanggar undang-undang tetapi ini menunjukkan adanya celah dalam pengawasan yang perlu segera ditangani. Pihak sekolah harus memiliki kebijakan yang jelas mengenai penggunaan media sosial dan konten yang melibatkan siswa. Selain itu, mereka harus memberikan pelatihan kepada guru tentang etika dalam berinteraksi dengan siswa, termasuk batasan yang harus dihormati. Jika tidak, situasi serupa mungkin akan terulang di masa depan, merugikan lebih banyak siswa.

Kesimpulan

Situasi ini adalah contoh nyata dari bagaimana tindakan individu dapat memiliki dampak yang luas dan serius. Meskipun guru tersebut mungkin memiliki niat yang baik dalam mengembangkan kreativitas siswa, cara yang dipilih tidak dapat dibenarkan. Ini menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih hati-hati dan etis dalam pendidikan, serta perlunya perlindungan yang lebih baik bagi anak-anak. Dalam menghadapi masalah ini, semua pihak dari orang tua, guru, hingga lembaga pendidikan harus bekerja sama untuk memastikan bahwa anak-anak dilindungi dan berada dalam lingkungan yang aman. Pendidikan harus menjadi tempat yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan, bukan menjadi arena untuk eksploitasi. Hanya dengan kolaborasi dan kesadaran yang tinggi, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik dan lebih aman bagi generasi mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun