Mohon tunggu...
siti Zulaeha
siti Zulaeha Mohon Tunggu... -

Bekerja di Lembaga Institusional pemerintah, yang lebih banyak melakukan pengujian di banding Riset. Yang lebih suka jadi pengamat tanpa pernah memberikan komen dalam bentuk tulisan padahal merasa punya hobi menulis (???) Yang apaadanya, dan mencoba selalu bersyukur atas apa yang Tuhan berikan padanya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Satu-satunya yang Kuinginkan

2 Februari 2011   05:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:58 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“brak”.

Terdengar suara pintu dibuka paksa. “bangunNona”. Teriak Tuan pada Nona sambil menarik selimut yang membungkusnya. “Sampai kapan kau mengurung diri di sini, kamar yang gelap, sampai kapan kau akan memaksa matamu untuk memproduksi air mata itu”. Nona menarik kembali selimut yang sedikit tersingkap. Tanpa melihat Tuan sedikit pun. Tuan dengan tak sabar menarik kembali selimut itu dengan paksa. Nona terpaksa duduk dan menegakkan kepalanya. Sambil memicingkan matanya.

“Sadarkah kau nona, waktu terus berputar , sedangkan kau hanya meratapi kesedihanmu itu. Sudahlah jangan merasa seperti orang paling menderita sedunia. Lihatlah dirimu, muka pucat, sudah berapa hari kau melarikan diri dari terpaan sinar matahari, kantung matamu makin menghitam, sudah berapa jam kau memaksa kelenjar air mata mu untuk over produksi, Hah? Dan sudah berapa lama perutmu itu kau biarkan berdemo seperti sedang terjadi peprangan saja”. Cerocos Tuan.

“Tuan tolong biarkan aku menikmati sakit ini, aku hanya butuh sendiri.” Anggap saja aku baik-baik saja, kau tidak usah khawatir. Dengan menikmati kesakitan ini aku masih bisa merasakan dia hadir dekatku”. Ucap Nona pelan.

“What The? Anggap kau baik baik saja, mana mungkin, setelah melihat persediaan obat tidurku menghilang dalam sekejap, dan sayangnya aku tahu menghilangnya kemana. Maaf kan aku tak bisa. Tuan berkata sambil geram.

“Mesti berapa pil lagi yang kau minum agar kau kehilangan kesadaran mengingatnya (sementara)? “.Tanya Tuan putus asa.

Nona terdiam.

Aku sebenarnya tidak akan pernah melupakannya karena dia telah masuk kedalam nadiku. Ikut dalam peredaran darahku. Dan aku tak punya kekuatan untuk menolaknya. Desah Nona dalam hati.

“Ini gila”, Lirih Tuan.

“Terserah, terserah kau saja, aku menyerah. Terserah apa yang kau lakukan. Aku tak akan perduli lagi.” Tuan membanting pintu. Dan dia pun berlalu.

Cinta gila, betulkah? Apakah ini yang dinamakan cinta gila atau cinta mati, ah aku tak peduli.

Aku tak peduli berapa kali dia menyakitiku tapi aku tetap mencintainya, berapa kali aku meneteskan air mata hanya karena kebodohanku mencintaimu begitu besarnya. Tetap ada seribu maaf untuknya.

Dan kali ini aku pun harus memaksa air mata ku untuk menangis lagi untuknya.

Air mata nona bergulir deras, ingatannya kembali ke dinginnya malam minggu yang lalu yang membuat hatinya membeku sekarang.

“Aku pergi, dan aku harap kau tidak menungguku, aku minta maaf”.

Itu kata-kata terakhirmu untukku. Dan kau pun berlalu tanpa menengok kembali ke arahku, hanya sekedar memastikan aku tidak mati berdiri karena mendengar kata-kata menyakitkan itu.

Apakah aku tak punya pilihan. Atau apakah memang aku harus mengikuti apa katamu? Tak menunggumu.

Apakah otak ku mampu bersekutu dengan hatiku untuk tidak menunggumu. Apakah aku mampu untuk itu.

Saat itu bumi seperti berhenti berputar, aku serasa tertelan lumpur hisap yang membuat ku terjerembab di dunia yang kosong. Dan duniaku pun seakan terhenti sejenak. Oh, tidak sejenak, berhenti lama malah. Butuh kekuatan yang amat sangat yang membuatku tidak limbung.

Dan limbung itu bertahan hingga hari ini...

Apa aku tidak salah dengar?. Betulkah?Betulkah dia menginginkannya, meninggalkan aku dan memintaku untuk tak menunggunya. Rusak semua yang telah kita rencanakan. Mana janji itu? Kau akan tetap bersamaku meskipun aku sibuk dengan kertas-kertas karangan ku itu, dan kau berjanji akan membuat script film dari salah satu karanganku itu. Kamu kan sudah berjanji... Nona menarik napas dalam...

Aku menyukai mu karena kau menyukai hal hal kecil

Aku menikmatipertemuan demi pertemuan penuh makna

Aku pun resapi setiap perbincangan kita,

dan aku yakin kau pun begitu

Menjadikan hari-hari semakin berwarna

Kemudian aku sadar aku (terlalu) mencintaimu

Satu-satunya yang aku inginkan, kau hadir kembali disini dan mengatakan kalau apa yang terjadi kemarin adalah hanya mimpi buruk. Semuanya berjalan seperti sebelumnya, sesuai janji kita, kau selalu disampingku hingga kapanpun, kau akan tetap membuat film dan aku akan sibuk dengan coretan coretan karanganku itu. Yah hanya seperti itu...satu-satunya yang aku inginkan hanyalah bahagia bersamamu.

***end***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun