Mohon tunggu...
siti Zulaeha
siti Zulaeha Mohon Tunggu... -

Bekerja di Lembaga Institusional pemerintah, yang lebih banyak melakukan pengujian di banding Riset. Yang lebih suka jadi pengamat tanpa pernah memberikan komen dalam bentuk tulisan padahal merasa punya hobi menulis (???) Yang apaadanya, dan mencoba selalu bersyukur atas apa yang Tuhan berikan padanya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Satu Cinta Beda Rasa (Lanjutan)

16 Maret 2011   14:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:44 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Hmmmm, bagaimana sebagai tanda minta maaf, boleh saya mentraktir mbak minum?". Duuuhhh sopan banget nieh cowo. "Tapi bukannya mas buru-buru tadi",  kataku sedikit berbasa basi. "Iya sih tapi ga pa pa ko, yang penting saya sudah dapat buku ini", sambil mengacungkan novel yang tadi menimpa kepala ku. Aku pun tersihir dan melupakan novelku yang tinggal beberapa halaman lagi selesai. Ah lain kali kan bisa aku tamatkan. Tawaran ini ga bakal dateng dua kali. He he he he. Batinku saat itu.

(lanjutannya adalah....)

Dia pun langsung menuju kasir dan membayar buku itu dan melangkah ke tempat minum di food court tak jauh dari toko buku itu. Kami duduk berhadapan (duh kayak lagi sidang ajah sih nih). Dengan isyarat lambaian tangan dia memanggil waitress. "are ready to order? " Tanyanya. Pesan apa mbak, mas? " tanya pelayan dengan senyuaman mengambang " Orange juice". Ucap kami bersamaan. "ah... how come, selera yang sama. Kami pun saling melempar senyum. Dua orange juice ya mbak kata laki-laki itu ramah. "sekalian cemilan?" tanyanya padaku. Aku hanya menggeleng, "aku cukup kenyang" .

"Aku Angga," sambil mengulurkan tangan. " Anggi" sambil menerima jabatan tangan Angga. Laki-laki itu pun tersenyum. Seharusnya aku sudah mulai memanggilnya Angga karena aku telah mengetahui namanya sekarang. "kenapa?" aku pun bertanya penasaran. "Lucu aja, Cuma beda satu huruf belakangnya. Terdengar ga kreatif" sambil nyengir menunjukkan garis garis biru kawat giginya. Kami pun tertawa bersamaan.

Pribadi yang menyenangkan, supel dan luwes. Dan aku bisa katakan pertemuan pertama yang mengesankan, yah meninggalkan kesan yang mendalam, tentu saja bagiku, entah lah bagi dia (saat itu). Aku ga perduli apa pendapatnya, tentang pertemuan kami.

Dari titik itulah aku mulai menyukai dia dengan segenap hatiku. Menyukai setiap senti, setiap detail dirinya, tanpa kecuali.

Itulah alasan kenapa aku menyukainya. Karena aku dapatkan "chemistry" itu dari nya. Aku menemukan ramuan dan merasakan chemistry itu dari awal. Bolehlah kau mengatakan itu hanya bohong belaka. Tapi itulah... aku mencintainya sejak aku melihat matanya yang teduh di balik lensa minusnya itu.

to be continued...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun