Mohon tunggu...
Siti Rahayu
Siti Rahayu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mari Lestarikan Sumber Kehidupan

30 April 2015   23:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:30 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mari Lestarikan Sumber Kehidupan

Air adalah sumber kehidupan makhluk hidup di dunia. Baik itu manusia, binatang, maupun tumbuhan. Setiap proses kehidupan yang dilalui tak luput dari air. Kemanapun kita pergi, apapun yang kita lakukan air adalah hal penting yang tidak boleh luput dari ingatan. Air juga dilambangkan sebagai ketenangan atau kemurnian dari berbagai hal. Maka dari itu kita harus menjega kelestarian air agar kita tak kehilangan sumber kehidupan kita.

Berbicara mengenai kelestarian mungkin sudah tak asing lagi bagi siapapun. Baik itu yang tinggal di perkotaan maupun perdesaan. Namun tetap saja banyak yang masih belum paham akan arti sebenarnya dari kata kelestarian tersebut. Menjaga kelestarian suatu hal, bukan hanya sekedar ucapan yang kita lontarkan dari teriakan-teriakan seperti halnya ketika demo, namun pada hakikatnya menjaga kelestarian itu harus dengan aksi nyata. Seperti halnya keeper yang menjaga gawang. Ia bukan hanya mengarahkan pemain-pemain lainnya untuk menjaga bola agar tidak masuk ke gawangnya, namun keeper juga melakukan aksi nyata dengan berkonsentrasi mengikuti arah bola berada agar tidak lolos dari penjagaannya. Hal itu pun sama dengan menjaga kelestarian sumber kehidupan makhluk hidup. Bukan hanya sekedar memberikan opini semata namun juga aksi nyata dari opini yang kita lontarkan kepada khalayak banyak.

Ketika melihat aliran air yang keruh bahkan bau, dalam benak selalu berkata , “Apa tidak ada yang peduli lagi akan kesehatan?, bahkan kesehatan dirinya sendiri pun mungkin sudah terabaikan.” Padahal banyak saudara-saudara kita di pelosok negeri ini yang kesusahan mendapatkan akses air bersih. Namun sepertinya semua orang sudah acuh akan hal itu dan seakan-akan berkata bukan urusan saya. Tapi pada suatu ketika mereka mendengar banyak yang mati kelaparan dan terkena gizi buruk yang salah satunya dikarenakan tidak mendapatkan akses air bersih di daerahnya baru merasa betapa pentingnya air sebagai sumber kehidupan bagi makhluk hidup di dunia ini.

Air merupakan materi esensial dalam kehiduoan. Bukti-bukti menunjukkan semakin tinggi taraf kehidupan, jumlah kebutuhan air semakin meningkat. Kebutuhan yang meningkat mendorong pengadaan sumber air baru, misalnya yang berasal dari air tanah, mengolah dan menawarkan air laut, maupun mengolah dan menyehatkan kembali sumber air kotor yang telah tercemar seperti air sungai dan danau. (Winarno, 1986)

Maka dari itu penulis tergerak hati untuk menuangkan ide melalui tulisan ini dan In Syaa Allah berusaha untuk merealisasikannya. Ketika duduk di bangku kelas 3 SMP, penulis belajar tentang filtrasi air dengan filtrasi sederhana menggunakan bahan-bahan sisa dan yang mudah dijumpai di lingkungan sekitar kita. Sumber air bersih dan jernih semakin langka dan distribusinya tidak merata. Salah satu alternatif mendapatkan air bersih adalah dari sumur atau sungai yang tidak tercemar bahan-bahan kimia, yaitu dengan membuat penjernihan air secara sederhana yang memanfaatkan sumberdaya di sekitar kita. Penjernihan terdiri dari tahap pertama berupa pengendapan/sedimentasi dan tahan kedua berupa penyaringan/filtrasi.

Lebih lengkapnya dapat diinformasikan sebagai berikut :

Bahan dan alat


  • Air sumur/sungai yang tidak tercemar bahan kimia.
  • Biji kelor (Moringa oleifera) atau Moringa stenopetala, Hibiscus sabdarifa, asam (Tamarindus indica) dan Cajanus cajan, untuk mengendapkan lumpur dan partikel air sebagai ganti tawas.
  • Batu kerikil, sebagai bahan penyaring dan membantu aerasi oksigen.
  • Pasir, untuk menahan endapan lumpur.
  • Arang, sebagai penyerap partikel yang halus, penyerap bau dan warna yang terdapat di air.
  • Ijuk, untuk menyaring partikel yang lolos dari lapisan sebelumnya dan meratakan air yang mengalir.
  • Drum plastik/gentong/bak semen 200 lt.
  • Gentong besar atau bak penampung dari semen.
  • Pompa air.
  • Penyangga kayu (bila perlu).
  • Pipa bambu/Paralon atau selang plastik.
  • Kran air.
  • Kasa nyamuk dari plastik.
  • solasi paralon dan lem paralon.

Cara Kerja


  • Mempersiapkan bak penampung air.
  • Buatlah kran pada ketinggian 10 cm dari bagian dasar, untuk masing-masing drum/gentong. Kran disambung saluran paralon 30 cm yang diberi lubang dan dibungkus dengan kasa nyamuk. Saluran paralon tersebut terdapat pada bagian dalam drum/gentong.
  • Cucilah bahan-bahan penyaring seperti batu kerikil, arang, pasir dan ijuk hingga benar-benar bersih, dikeringkan.
  • Susunlah bahan penyaring mulai dari bagian dasar keatas berturut-turut ijuk (ketebalan 15 cm); pasir (10 cm); batu kerikil (10 cm); ijuk (5 cm); arang (15 cm); pasir (10 cm); kerikil (10 cm); ijuk ( 5 cm); pasir (10 cm); dan batu kerikil (10 cm). Ingat, dalam penyusunannya harus rapat dan merata, jangan sampai ada rongga antar lapisan.
  • Buat penyangga kayu berundak. Ketinggian undak pertama 50 cm dan udak kedua 170 cm ( disesuaikan dengan ketinggian drum).
  • Susun kedua drum/gentong secara bertingkat. Drum/gentong pertama diletakkan di undak pertama (untuk penyating). Drum/gentong kedua diletakkan di undak kedua (untuk penampung air bersih).
  • Cari dan kumpulkan biji kelor yang sudah tua, ditumbuk sampai menjadi bubuk. Untuk 200 liter air diperlukan 200 gram biji kelor.
  • Masukkan air yang akan dijernihkan dalam bak penampung. Taburkanlah biji kelor halus dan diaduk rata, tunggu hingga mengendap. Setelah mengendap baru air dialirkan.
  • Alirkan air dari drum/gentong pertama ke gentong kedua. Air yang keluar pertama, mula-mula keruh dan setelah beberapa saat akan jernih. Setelah jernih, baru ditampung ke drum/gentong kedua. Sebelum diminum air harus direbus atau sterilkan dengan SODIS.
  • Setelah beberapa lama (lebih kurang 3 bulan) air yang keluar tidak jernih lagi, berarti filter perlu diganti atau dicuci lagi.

Dengan pengetahuan yang kita dapat tentang filtrasi air sederhana, semoga dapat menjadi salah satu upaya yang kuat untuk melestarikan sumber kehidupan kita yaitu air. Dan juga bisa menjadi alternatif bagi para penduduk Indonesia khususnya yang berada di pelosok-pelosok supaya tetap bisa mendapatkan air bersih dari keterbatasan sumber daya alamnya. Penulis berharap dengan ide filtrasi sederhana ini kita dapat bersama-sama mensosialisasikan upaya pelestarisn air bersih dan juga langsung melakukan aksi nyata dalam mewujudkan impian bersama yaitu melestarikan sumber kehidupan makhluk hidup. Karena pada dasarnya tiga hal yang harus seimbang dalam kehidupan ini salah satunya yaitu hubungan baik antara manusia dengan alam/lingkungannya harus menciptakan simbiosis mutualisme, yang dimana manusia dan alam saling bekerja sama demi tercapainya kesejahteraan hidup yang sebenranya.

#lestariairaqua

Pranala

alipanca5.blogspot.com/2012/07/penjernihan-air-dengan-menggunakan-alat.html

http://anakhebad.blogspot.com/2009/11/normal-0-fase-fase.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun