Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan transisi dan perubahan, dimana berbagai macam tekanan dan rintangan dapat muncul. Hal ini dapat berakibat pada munculnya berbagai masalah kesehatan mental pada remaja. Untuk membantu remaja memahami dan mengatasi masalah kesehatan mental, berikut ini adalah beberapa rekomendasi buku fiksi remaja dengan tema mental illness:
1. "Surat-Surat yang Tak Pernah Dikirim" oleh Miranda Malonka
Novel ini menceritakan tentang seorang remaja perempuan bernama Laras yang mengalami depresi dan kecemasan. Laras merasa hidupnya penuh dengan tekanan dan tidak memiliki siapapun untuk diajak bicara. Melalui surat-surat yang dia tulis untuk orang-orang di sekitarnya, Laras mulai memahami perasaannya dan menemukan cara untuk mengatasinya.
2. "A untuk Amanda" oleh Annisa Ihsani
Novel ini menceritakan tentang Amanda, seorang remaja perempuan yang mengalami OCD (Obsessive-Compulsive Disorder). Amanda selalu dihantui oleh pikiran dan ketakutan yang tidak rasional, dan dia merasa hidupnya dikendalikan oleh OCD. Novel ini menunjukkan bagaimana Amanda berusaha untuk melawan OCD dan menjalani hidup normal.
3. "Represi" oleh Fakhrisina Amalia
Novel ini menceritakan tentang dua orang remaja, Kinanti dan Bima, yang memiliki masalah kesehatan mental yang berbeda. Kinanti mengalami PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) setelah mengalami peristiwa traumatis, sedangkan Bima mengalami bipolar disorder. Novel ini menunjukkan bagaimana kedua orang ini saling membantu untuk memahami dan mengatasi masalah kesehatan mental mereka.
4. "Rooftop Buddies" oleh Honey Dee
Novel ini menceritakan tentang sekelompok remaja yang bertemu di rooftop sekolah mereka. Mereka semua memiliki masalah pribadi yang berbeda, termasuk depresi, kecemasan, dan bullying. Di rooftop, mereka saling berbagi cerita dan menemukan dukungan dan persahabatan.
5. "Teori Tawa dan Cara-Cara Melucu Lainnya" oleh Kai Elian
Novel ini menceritakan tentang Nara, seorang remaja perempuan yang mengalami depresi. Nara merasa hidupnya hampa dan tidak memiliki tujuan. Melalui terapi dan humor, Nara mulai menemukan kembali kebahagiaannya.