Ambil contoh kutipan dari novel Franny and Zooey karya JD Salinger, di mana Zooey berdebat dengan ibunya, Bessie. Bessie bertanya kepada Zooey mengapa dia tidak menikah.
"Kenapa tidak menikah?"
"Saya terlalu suka naik kereta. Kamu tidak akan pernah bisa duduk di dekat jendela lagi ketika kamu sudah menikah."
"Itu bukan alasan!"
"Itu alasan yang sempurna. Pergilah, Bessie. Tinggalkan aku dalam damai di sini."
Meskipun karakter tidak memiliki konflik yang sangat besar, ada gesekan dalam perbedaan pendapat mereka. Ketidaksepakatan memberi kita fakta penting tentang setiap karakter (sinisme Zooey dan kepribadian Bessie yang suka mengontrol dan menuntut).
2. Pertahankan tag dialog sesuai dan tidak mengganggu
Tag dialog seperti 'dia berkata' dan 'kata dia' terkadang diperlukan bagi pembaca untuk mengetahui siapa yang mengatakan apa dalam sebuah adegan. Namun, berhati-hatilah dalam menggunakan tag dialog yang berlebihan. Jika jelas dari konteks siapa yang berbicara (misalkan hanya ada dua pembicara dan kita dapat melihat dari jeda baris siapa yang mengatakan apa), potong tag. Mereka menarik perhatian kita pada 'ketertulisan' cerita, pada kehadiran penulis.
Mengambil contoh Salinger di atas, Salinger tidak menulis: "Itu bukan alasan!" Bessie balas dengan marah. Jelas dari baris sebelumnya, pertanyaan Bessie, bahwa dialah orang yang marah dengan Zooey saat ini.
Jika kita melihat ekstrak tulisan di atas, sebenarnya penulis tidak menggunakan dialog tag apa pun. Masih mudah untuk mengetahui siapa yang berbicara.
Saat ada lebih dari dua karakter dalam satu adegan, kita tetap bisa menghindari dialog tag yang berlebihan. Misalnya, jika adik perempuan Zooey, Franny, akan masuk, penulis dapat menggunakan frase kata sifat dan gerakan untuk menunjukkan siapa yang berbicara tanpa menggunakan tag. Misalnya: