___
Hari ini ulang tahun Lulu yang ke dua puluh delapan. Usia yang terbilang sudah tak muda. Namun, senyum di bibir mungil itu tidak bisa membuktikan dia setua itu.
"Selamat ulang tahun, Luk!" seru Yuni sembari menyerahkan sebuah kotak kecil.
"Ini apa? kecil amat, dah," ucap Lulu sembari membolak-balik benda itu.
"Ye, syukurin aja. Dari pada nggak ada," balas Yuni terkekeh pelan.
Lulu memayunkan bibir. Berharap mendapat kado besar dari teman teman yang datang, tetapi semua hampir sama. Kotak kecil semuat jam tangan. Apa mungkin mereka semua memberi jam tangan? Ha, tidak mungkin kan! Sangat tidak bervariasi!
Acara pemotongan kue pun dimulai. Riuh tepuk tangan dan suitan terdengar bersamaan.
Suapan pertama terkhusus untuk ibu, keduanya untuk ayah. Namun, untuk yang ketiga Lulu bingung harus menyuap siapa.
"Suap pasangan kamu, Luk!" saran salah satu temannya.
Dengan susah payah, Lulu menelan salivanya. Pasangan yang mana? Kan dia tidak punya!
Tanpa membuang waktu, Lulu mendekati Yuni dan menyodorkan potongan kue. Sontak hal itu membelalakkan mata dan menggeleng.
"Gue cewek, Luk! Bukan pasanganmu!" Suara Yuni yang melengking menarik perhatian seluruh tamu.