"Kita cerai, Dek!" Suara Bang Freddy membuatku tersentak. Segera kutatap matanya yang menghindar melihatku. Aku berjalan mendekat dan berusaha menggenggam tangannya.
"Ta-tapi kenapa, Bang?" tanyaku pedih. Air mata sudah tak dapat lagi kubendung. Usia pernikahan kami masih muda, baru juga satu tahun.
"Abang sudah bosan dengan kau! Kau gak bisa dandan, apalagi sudah setahun menikah kau belum hamil juga!"
Ia menghempaskan selembar kertas. "Tanda tangani!"
Aku menggeleng kuat, aku ingin mempertahankan pernikahan ini. Dulu, aku menentang orang tuaku demi memilihnya.
"Tanda tangani, Fira! Kalau tidak-"
"Kalau tidak apa, Bang?" potongku cepat.
"Bang Fred, aku mohon! Jangan lakukan ini!" Aku kembali ingin menggenggam tangannya, tetapi dengan kasar ia menepiskan, membuat hatiku semakin hancur.
Bang Freddy menggeleng, lalu melenggang pergi meninggalkanku yang kian tersedu.
***
Sebulan sudah kami resmi bercerai, tetapi aku masih tak bisa melupakannya. Masih mencintainya, meski ia sudah menyakiti. Aku sering membayangkannya ada di sampingku dan kami bercanda bahagia.