"Pergi sana! Jangan sampe Butet ngeliat kau!" Emak menoleh ke kiri-kanan untuk memastikan keadaan aman.
Pria itu beranjak, berjalan pelan menuju motor beat hitam yang diparkir di halaman. Dia berbalik, menatap pintu. Butet bisa melihat aura kekecewaan di wajah itu.
Sepeninggal Joni, Butet pun keluar dari persembunyian. "Mak," panggilnya pelan.
Emak tersentak, buru-buru berdiri. "Tet, sejak kapan kau di situ?"
"Baru aja, Mak." Butet duduk di kursi yang tadi diduduki Joni. Dia menatap emak dengan penuh selidik. "Siapa yang datang, Mak?"
Emak mendeham. "Tukang PLN." Dia masuk ke rumah.
Butet tersenyum kecut, kenapa emak harus berbohong? Apa karena pekerjaan?
***
Malam ini Butet berencana mengerjakan tugas dari kantor. Dia menghidupkan laptop, dan mulai mengotak-atiknya. Saat sedang asyik bekerja, suara emak memanggilnya. Melengking.
Butet mendengus."Emak ngapain, sih?" Dia keluar sebelum emak datang menggedor pintu.
Di depan pintu langkah Butet terinjak kaget. Dia berlari menghampiri emak. Mengangkat kepala wanita paruh baya itu ke pangkuannya, air mata sudah tak dapat lagi dibendung.