Gadis berambut pirang itu mengibaskan jaket kulit miliknya yang basah. Gaya bak preman, itu memang ciri khas Joana. Duduk di kursi halte sembari menatap jalanan yang masih diguyur hujan.
"Gue tidur di mana malam ini?" Dia mengetuk-ngetuk dahi tampak berpikir. Sejak paman mengusirnya dari rumah, hidup Joana semakin tak jelas.
Tolong! Tolong!
Teriakan itu membuatnya tersentak dan segera menoleh. Terlihat seorang wanita bergamis dengan hijab panjang berlari mengejar seseorang yang menggunakan penutup wajah.
"Tidak bisa dibiarkan!" serunya sambil mengamit jaket lalu berlari mengikuti wanita itu.
Bagi Joana menghajar orang itu bukanlah hal sulit. Terbukti kini perampok itu sudah tergeletak di tanah. Dengan senyum miring, Joana membuka penutup wajah orang itu.
"Ternyata hanya segitu kemampuanmu! Dasar cemen!" bentak Joana.
Pria itu bangkit dengan tenaga yang tersisa, berlari menjauh. Joana memungut dompet yang terletak, tersenyum kecil kemudian membalikkan badan.
Pandangan mereka bertemu, seperti ada desiran dalam kalbu. Rasanya wanita itu tak asing bagi Joana, tetapi siapa dia?
Wanita itu tersenyum, sangat manis. Joana menelan salivanya kemudian menyodorkan dompet itu. Saat hendak melangkah, tangan seseorang menghentikan Joana.
"Terima kasih, Nak. Bolehkah aku tau namamu?" tanya wanita itu.