Saya mendengarkan lagu Blue ft. Elton John - Sorry Seems To Be The Hardest Word sambil menuliskan ini, dan saya tersenyum beberapa kali. Bagian favorit saya adalah saat bisa mengikuti lirik "sorry" dengan nada agak tinggi itu, kalau bisa melewatinya saya merasa puas dan tersenyum lebih lebar. hahaha!Â
Tidak apa-apa membuat diri bahagia, kita harus sering melakukannya, kan. Tak peduli sesederhana apapun caranya, bahagiakanlah diri sendiri terlebih dahulu.Â
Ngomong-ngomong soal bahagia, level dan jenis kegiatan yang membuat orang bahagia ini tentunya beragam sekali. Kebahagiaan ini bisa ditentukan oleh banyak hal, dari bahasa kasih, hingga minat dan bakat yang dimiliki orang bersangkutan.
Untuk bahasa kasih, bagi saya pribadi ini cukup mudah dideteksi, tidak sulit, karena semua bahasa kasih pada dasarnya adalah menyenangkan, tinggal temukan apa preferensinya, bisa dengan bertanya langsung atau dengan mengamati, selesai. Tapi tidak begitu dengan bakat. Kadang kita menyukai banyak sekali hal tapi sering mandek, hingga muncul pertanyaan yang sama berulang kali, Apa aku sebenarnya nggak berbakat dalam hal apapun, ya? . Tapi masa, sih? Masa iya bisa begitu, emang aku beneran nggak pintar dalam hal apapun? Waduh! Bahaya. Teori ini bertentangan dengan keyakinan saya bahwa setiap orang itu sebenarnya cerdas. Tapi kalau mandeknya dalam hampir semua hal apa tetap bisa dibilang cerdas? Kebingungan saya kian akut.
Atau kalau level percaya diri sampai menurun, saya seringkali bertanya pada orang-orang yang saya percaya, Ka, aku tuh sebenarnya orang yang kayak gimana, sih? Karena seringkali diberi pertanyaan serupa sampai bosen banget, saya sering kena lemparan bantal, pakaian kotor, atau potongan sayuran. Padahal awalnya dijawab manis, lalu nasihat yang membangun, lalu nasihat yang nyebelin, lalu hal-hal yang menyebalkan tadi. Atau sebenarnya sayalah yang nyebelin, hahaha. Yah, gimana, saya kalau nanya emang kadang nggak lihat sikon.Â
Shinkk penting (ada usaha biar) kebingungan dalam diri tertuntaskan ya gaes ya :) .
Baik, dulu saya mikir kalau bakat itu adalah kemampuan yang menonjol di diri kita. Entah itu menggambar, menulis, melukis, menjahit, dst. Saya menempatkan bakat itu sebagai sesuatu yang tunggal dan sudah jadi plek ketimplek, tanpa melihat asal muasal dari bakat itu sendiri.Â
Untuk menentukannya, saya banyak membaca dan menonton video, ikut tes A,B,C, dan seterusnya, tapi masih juga muncul kebingungan-kebingungan yang serupa di hari-hari berikutnya. Dahaga penasaran saya belum tuntas, GAIS!Â
Saya mencari dan terus mencari hingga saya melihat satu video yang mengubah hidup saya, HiYyyyyYYaaaaaAAaaaTtttt !!!Â
Video itu berjudul.. Apa ya, saya lupa sekali judulnya, serius. Tapi akan saya coba jabarkan di sini. Ilmu ini saya peroleh dari video dr. Aisyah Dahlan (jazakillah khoir, dokter). Saya menyukai fakta yang beliau jabarkan karena semuanya menegaskan bahwa setiap orang adalah cerdas.
Bakat itu berasal dari kecerdasan yang berjumlah 8 dan posisinya ada di otak bagian tengah di kepala kita. Kecerdasan itu adalah: