Mohon tunggu...
siti rubaiah al adawiyah
siti rubaiah al adawiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

perempuan yang menyukai makanan manis dan hal-hal imut

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Resensi Novel Laut Bercerita

7 Januari 2025   17:21 Diperbarui: 7 Januari 2025   17:20 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Matilah engkau mati 

Kau akan lahir berkali-kali....

Hidangan pembuka pada novel ini begitu lezat karena benar-benar merepresentasikan perjuangan para tokoh. Potongan puisi tersebut dapat dimaknai bahwa meski tokoh telah mati, ia akan lahir berkali-kali melalui tokoh-tokoh baru yang telah menyerap energi semangat perjuangannya untuk melanjutkan perjuangan mereka yang terhenti. Seperti tokoh Asmara adik Laut yang pada awalnya begitu menentang kegiatan kakaknya tersebut, tetapi ketika kakaknya tiada dan menjadi korban penculikan yang tidak dipulangkan, ia menjadi sosok yang berusaha untuk membelakangkan perasaannya sebagai sosok yang kehilangan dengan menjadi pelopor dalam perkumpulan pencarian orang hilang.

Novel ini begitu kompleks dan ditulis dengan apik, menghantarkan pembaca pada perasaan-perasaan yang berkecamuk sepanjang melahap halaman demi halaman novel ini. Rasa pahit akibat ikut menyelami bagaimana penderitaan yang dialami para tokoh. Rasa pedas yang dihantarkan pada diri melalui betapa sadisnya penyiksaan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang menganggap kegiatan para tokoh mengancam pemerintah. Kecapan secuil demi secuil rasa manis ketika tokoh Laut, Alex, Sunu, Kinan, Daniel, Gusti, Naratama dan teman-teman lainnya masih bisa merasakan kehangatan kebersamaan khas mahasiswa. Atau ketika sedikit demi sedikit diceritakan betapa hangatnya keluarga Laut yang selalu menerapkan makan bersama di hari minggu. Kemudian, rasa asin yang begitu menyesakkan hati, ketika menyaksikan betapa pilunya hati orang-orang terkasih mereka yang tidak dipulangkan dan tidak jelas sampai kini bagaimana keadaannya.

Perjuangan para aktivis terutama dari kalangan mahasiswa begitu hidup diceritakan oleh penulis. Melalui novel ini, pembaca dapat menyaksikan betapa mengerikannya situasi pada masa itu. Mahasiswa-mahasiswa yang gemar membaca maupun berdiskusi buku-buku Pram disebut sebagai musuh negara karena dianggap akan menyebarkan ideologi yang bertentangan dan akan membahayakan pemerintah. Masyarakat diperlakukan semena-mena tanpa memikirkan nasib mereka. Seperti yang terjadi pada Peristiwa Belangguan, dimana ladang jagung petani di desa Belangguan, Situbondo, Jawa Timur dialihfungsikan menjadi tempat untuk latihan tempur tentara. Ketika segelintir mahasiswa merasa terpanggil untuk membela petani dan merencanakan aksi tanam jagung sebagai bentuk perlawanan, niat mulia tersebut rupanya berhasil dicekal oleh tentara yang telah mengintai rumah warga yang menyembunyikan para mahasiswa tersebut. Peristiwa tersebut mengakibatkan aksi dialihkan ke kantor DPRD tingkat I Surabaya. Namun, setelah aksi tersebut beberapa mahasiswa berhasil ditangkap ketika mereka sedang menunggu bus di terminal Bungurasih untuk kembali ke Jogja. Mereka disiksa dan diinterogasi dengan cara disetrum secara tidak manusiawi. Hal tersebut memberikan rasa trauma bagi sebagian mahasiswa tersebut. Namun, tidak melunturkan sedikitpun api semangat mereka untuk terus memperjuangkan hak yang sudah sepatutnya didapatkan oleh seluruh rakyat.

Para tokoh digambarkan dengan sangat detail dan membuat pembaca merasa begitu dekat. Salah satunya adalah tokoh penting dari novel ini ialah Sang Penyair atau Gala Paranaya. Ia adalah pemantik semangat yang digambarkan begitu intim dengan perjuangan mereka, terutama bagi tokoh utama Biru Laut yang sangat mengidolakan Sang Penyair. Melalui sajak-sajaknya, Sang Penyair berhasil mengobarkan api semangat perjuangan di kalangan mahasiswa maupun petani dan buruh. Seperti yang dirasakan oleh Laut.

Di dalam puisinya Sang Penyair mengatakan aku harus selalu bangkit, meski aku mati. "Kau akan lahir berkali-kali...." Dalam keadaan seperti ini, sepotong puisi Sang Penyair selalu menjadi tiupan ruh yang meneguhkan aku. (Chudori, 2017:209)

Akibat sajak-sajaknya tersebut, Sang Penyair menjadi salah satu tokoh yang paling diincar oleh pemerintah karena dianggap telah memantik perlawanan rakyat. Selain berjuang melalui sajak-sajaknya, ia juga aktif berperan dalam memimpin setiap kegiatan perlawanan yang dilakukan oleh organisasi mereka yaitu Winatra dan Wirasena.

Suara terhadap feminisme juga hadir dalam novel ini. Tokoh-tokoh perempuan digambarkan sebagai seorang yang kritis, mandiri, dan memberikan kontribusi terhadap perlawanan. Salah satu tokoh perempuan yang menjadi lambang menyuarakan feminis melalui novel ini ialah Anjani, kekasih Laut. Ia digambarkan sebagai sosok yang mencintai dunia seni dan pandai melukis. Pemikirannya terhadap feminisme ia lukiskan melalui mural komik kontemporer dengan kisah Ramayana sebagai inspirasinya. Jika pada kisah asli tokoh istri yang diculik, Anjani membalikan fakta tersebut dengan membuat tokoh suami yang justru diculik dan diselamatkan oleh sang istri. Tak seperti Rama yang meragukan kesetiaan Sinta, pada komiknya, anjani menyebutkan bahwa sang istri akan senantiasa percaya pada suaminya. Hal tersebut sebagai bentuk pemikiran tokoh Anjani yang ingin membuktikan bahwa perempuan juga bisa menjadi penyelamat bagi laki-laki.

Pada Kamis keempat, di awal tahun 2007 itu, di bawah matahari senja, di hadapan Istana negara, kami berdiri dengan baju hitam dinaungi ratusan payung hitam. Kami tak ber teriak atau melonjak, melainkan bersuara dalam diam. (Chudori, 2017:362-363)

Bagian paling penting dari novel ini ialah bagaimana orang-orang terkasih para aktivis yang tidak dipulangkan, senantiasa memperjuangkan keadilan agar kasus ini bisa diusut tuntas oleh pemerintah. Meski suara mereka tidak didengar. Meski mereka harus mati-matian berdamai dengan luka. Mereka selalu setia, mempertanyakan keadilan yang tak kunjung sampai hingga detik ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun