Mohon tunggu...
Humaniora

Berani Mengevaluasi Orang Lain, Sudahkah Kamu Mengenalnya?

8 Mei 2019   10:40 Diperbarui: 8 Mei 2019   10:57 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Memberikan penilaian terhadap orang lain itu mudah, iya... karena cukup dengan pandangan, memerhatikan tingkah lakunya bahkan tanpa harus mengenalnya kita bisa berperspektif banyak tentang orang lain. Padahal apa yang kita lihat biasanya berbanding terbalik dengan kenyataan yang sebenarnya. Dan banyak sekali orang yang melakukan hal tersebut, bahkan ketika hal itu memasuki media sosial, netizen akan sangat cepat menerima informasi yang belum tentu kebenarannya tapi dibenarkan oleh banyak pihak.

Sekedar cerita, saya pernah mengalami kejadian yang berhubungan dengan 'penilaian', dulu saat pertama masuk SMA saya bertemu dengan teman yang sebenarnya kita tinggal didesa yang sama, bahkan kita masih saudara. 

Namun, kita tidak akrab dan tak pernah berinteraksi. Dalam  pikiran saya dia adalah anak yang sombong, sok-sokan dan lain sebagainya. Akhirnya, saya pun menjauhi dia bahkan seperti kami tak pernah kenal padahal kita setiap hari bertemu dikelas dan tempat duduk kami cukup dekat. Untuk menyapa saja terkadang kami hanya melempar senyum, atau sekedar menyapa 'hay', itu berlangsung hampir tiap hari.

Suatu hari, kelas kami mengadakan class meeting, diwaktu itulah kami dipercaya untuk menjadi penanggung jawab untuk menghias kelas. Ketika kita kumpul untuk rapat da meng-konsep kelas, saat itulah kita berdua mulai berbicara dan saling mengutarakan pendapat mengenai konsep kelas, ternyata saat itu banyak ide yang saya sampaikan sama dengan yang dia pikirkan dan kami seperti mendukung satu sama lain saat itu. Akhirnya kami bekerjasama bersama dalam menghias kelas. Setelah kita sering berinteraksi dan sering sharing mengenai perlengkapan, kebutuhan dekorasi kelas, saya mulai mengenal dia dari sisi lain. Dan berawal dari kejadian itu saya mulai dekat dengan dia, sampai akhirnya kami menjadi sahabat sampai saat ini.

Nah... dari cuplikan cerita saya diatas, ternyata ketika kita hanya mengenalnya lewat pandangan saja tidak cukup, karena akan ada banyak sisi lain yang belum kita kenal dari orang lain. Terkadang pikiran orang saat pertama bertemu dan mengenal akan berbeda ketika kita mau membiarkan interaksi terjadi diantara kita, seperti cerita saya yang tiba-tiba menilai teman saya adalah orang asing dan tak bisa dijadikan teman ternyata berbeda, yang pada kenyataannya dia sekarang menjadi sahabat dekat saya. Jadi, masih seringkah kamu mengenal orang lain dengan satu sudut pandang? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun