Dahulu semasa kecil  seringkali ditanya "apa arti rumah"
Dengan lantangnya aku berkata "rumah tempat untuk berlindung"
Lambat laun ketika dewasa aku paham.
Rumah memang hanya tempat untuk berlindung, bukan untuk pulang.
Sekedar singgah ketika penat.
Namun bukan damai dan kenyamanan yang kudapat.
Sunyi yang mencekam ketika gelap datang.
Hanya ada suara lolongan anjing jalanan yang kian mencekik.
Lantas dimana arti damai dan bahagia.
Jika semua tak pernah akrab dan saling sapa.
Mungkin opini orang boleh beda.
Tapi kenyataannya itu yang kudapat kian belasan tahun.
Sekedar pulang membawa lelah namun tak mampu berkeluh kesah.
Dan pada akhirnya mengais bahagia dan kenyamanan dari manusia asing.
Lagi-lagi yang kudapat hanya kecewa dan luka.
Entah dimana aku akan menemukan rumah yang mampu menerima dan menguatkan ketika bahagia dan duka.
Kuharap suatu hari nanti semesta berbaik hati memberikanku tempat dimana aku selayaknya manusia lain yang berbahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H