Mohon tunggu...
Siti Husnul Khotimah
Siti Husnul Khotimah Mohon Tunggu... Guru - Guru

SITI HUSNUL KHOTIMAH, lahir dan tinggal di kota Reog, Ponorogo. Hobby gardening dan menulis. Motto, “Be the change that you wish to see in the world.”

Selanjutnya

Tutup

Nature

Phragmipedium Schroederae, Anggrek Selop yang Memiliki Julukan The Living Fossil

16 November 2022   06:34 Diperbarui: 17 November 2022   15:57 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Phragmipedium Schroderae

Phragmipedium Schroederae merupakan phragmipedium hybrid hasil silangan dari Phragmipedium caudatum x Phragmipedium Sedenii. Hybrid satu ini sudah cukup lama ada, ia diregistrasikan di tahun 1882 oleh Veitch. Bunganya cukup maskulin menurut saya. Sedikit ada kemiripan dengan Phragmipedium Calurum, namun untuk Phrag. Schroederae memiliki jenggot yang sedikit lebih Panjang. Juga ada bulu-bulu halus di atas bibir kantungnya.

Phragmipedium Schroederae 
Phragmipedium Schroederae 

Hybrid satu ini begitu populer dikalangan pecinta phragmipedium dimana pada awalnya banyak yang mengira Phrag. Schroederae adalah jenis phragmipedium species. Ia memiliki bunga yang begitu atraktif, cukup besar ukurannya dengan warnanya yang begitu cantik, perpaduan antara warna merah muda, putih, kehijauan dan semburat ungu yang cukup tajam. Di bagian dalam kantung, terdapat totol-totol berwarna oranye atau kecoklatan. Biasanya untuk satu tanaman akan menghasilkan 2-4 kuntum bunga dalam 2-3 bulan musim anggrek ini berbunga. Bunganya akan muncul dan mekar bergantian. Melihat dari penampakan tanamannya, Phrag. Schroederae begitu mirip dengan penampakan Phrag. Calurum. Kemiripan itu ada pada bentuk dan warna daunnya. Bagi mata awam, butuh kejelian untuk bisa membedakan antara keduanya. Dari pengamatan penulis, Phrag. Schroederae memiliki ukuran daun lebih besar dengan pertumbuhan tunas baru yang lebih lambat dibandingkan Phrag. Calurum. Phragmipedium Calurum bisa menghasilkan 2-5 tunas baru dalam kurun waktu satu tahunan. Sedangkan untuk Phrag. Schroederae hanya 1-2 tunas baru akan tumbuh dalam kurun waktu yang sama. Mungkin itu juga yang menjadi salah satu alasan mengapa phragmipedium satu ini cukup langka dan juga cukup mahal harganya.  

Phragmipedium Schroederae 
Phragmipedium Schroederae 

Phrag. Schroederae tergolong jenis yang cukup adaptif. Bisa ditanam indoor dengan kebutuhan akan sinar matahari tidak langsung sekitar 50-70-%. Untuk media tanam bisa menggunakan akar kadaka, sekam mix arang, ataupun pakis cacah dengan memberi bebatuan didasar pot. Fungsi batu yang ditaruh di bagian bawah pot tersebut adalah untuk memberikan drainase agar akar tidak mengalami kebusukan karena air yang tersimpan didalam pot. Untuk jenis ini, penggunaan pot plastik lebih disarankan, ini dengan pertimbangan bahwa penggunaan pot plastik bisa menjaga kelembaban media tanam lebih tahan lama. Jika menggunakan pot gerabah, air lebih cepat terserap dan menguap.  Sekedar tips dari pengalaman yang dialami penulis, jangan sampai tanaman dewasa yang sudah siap berbunga mengalami dehidrasi karena terlupa menyiram, karena ia akan mati. Itu terjadi beberapa kali dengan tanaman yang ada dalam perawatan penulis.

Saran juga untuk pemilihan ukuran pot atau tempat tanamnya, seperti kebanyakan jenis anggrek, mereka lebih senang tumbuh didalam pot yang berukuran kecil sehingga nutrisi akan benar-benar bisa diserap oleh akar tanaman.

Plants Phragmipedium Schroederae
Plants Phragmipedium Schroederae

Sementara untuk pemupukannya, seperti pada kebanyakan jenis anggrek selop, mereka tidak butuh banyak pupuk untuk tumbuh. Namun akan membantu tanaman lebih sehat dan subur jika sesekali kita juga memberinya asupan nutrisi dengan melakukan pemupukan dengan dosis kecil seminggu sekali.   

Penulis mendapatkan Phrag. Schroederae ini sekitar 5 tahun lalu dengan stock yang cukup banyak. Namun di Indonesia penyebaran dan perkembangannya masih sangat limited. Itu sebabnya harganyapun masih cukup tinggi. Range harga untuk Phrag. Schroederae ini antara 250-500 ribu rupiah untuk setiap batangnya. Biasanya batang yang dihitung adalah batang aktif, kondisi dewasa atau remaja dihitung sama. Sedangkan untuk tanaman dewasa yang habis berbunga tidak dihitung karena pada dasarnya tidak lagi produktif dan akan mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun