Oleh sebab itu, jika ada daun yang sudah mulai terlihat menguning, daun tersebut harus segera dipotong dan dibuang akar tidak menular ke bagian lainnya.
Penulis mendapatkan tanaman ini sekitar 4 tahun lalu dengan harga yang cukup fantastis. Untuk perawatannya sebenarnya tidak terlalu sulit, terbukti dalam waktu sebulan setelah mulai merawat, tanaman sudah menghasilkan 2 tunas baru dan tanaman dewasa mulai berbunga.
Memang untuk bisa hidup di dataran rendah, butuh perlakuan khusus untuk tanaman ini. Penulis menggunakan media tanam kompos daun dengan menaruh bebatuan sungai dan sterofoam dibagian bawah pot. Lalu dibawah pot diberi tatakan untuk menahan air dan menambah kesan lembab pada media tanam. Namun ini harus diperhatikan untuk diganti atau dibuang airnya setiap dua hari sekali. selain biar tanaman tidak mengalami busuk akar, juga untuk menghindari munculnya jentik-jentik nyamuk.
Ketika bunga pertama mekar, penulis perhatikan warna bunganya tidak semerah seperti bunga yang mekar di dataran tinggi. Namun kepekatan warna merahnya sedikit bertambah setelah bunga mekar beberapa hari. Dari awal terbukanya kuntum sampai kuntum bunga jatuh, penulis catat butuh sekitar 1 minggu.
Kemudian mekar kuntum kedua dan seterusnya. Total ada 5 kuntum yang muncul dari satu tangkai tersebut dengan ukuran kuntum terakhir yang nampak lebih kecil dibanding ukuran kuntum bunga sebelumnya.
Demikian ulasan tentang Phragmipedium besseae, cikal bakal phragmipedium berbunga merah yang menurut pendapat penulis, phragmipedium satu ini merupakan ratunya Phragmipedium species karena kecantikan warna bunganya.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H