Mohon tunggu...
Siti Hasna Fadhilah
Siti Hasna Fadhilah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Nusa Putra

Selanjutnya

Tutup

Financial

Dampak Penurunan Suku Bunga terhadap Kurs Rupiah dan Investasi Saham

22 Juni 2021   16:43 Diperbarui: 22 Juni 2021   18:41 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Dilansir dari kontan.co.id, ketika suku bunga semakin rendah maka akan meningkatkan investasi karena banyak investor yang semakin percaya diri untuk masuk ke dalam sektor investasi saham. Dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya, instrumen investasi yang berpotensi menghasilkan imbal hasil yang lebih tinggi yaitu saham dan obligasi.

Demi menstabilkan nilai rupiah, Bank Indonesia sebagai regulator nilai rupiah tentunya harus mengambil kebijakan yang tepat. Dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini, laju perekonomian cenderung menurun karena banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan. Langkah BI dalam menurunkan tingkat suku bunga merupakan hal yang tepat. Hal ini sebagai upaya untuk menggenjotkan sektor investasi salah satunya investasi saham agar laju perekonomian negara Indonesia kembali pulih akibat pandemi.

Masyarakat mengenal suku bunga ketika bertransaksi di dunia perbankan, yaitu ketika ingin membuka deposito atau mengajukan pinjaman kredit. Ketika terjadi penurunan suku bunga, maka akan lebih banyak yang meminjam dana di bank, karena suku bunga yang rendah akan menurunkan biaya pinjaman. Investor akan lebih banyak melakukan pinjaman yang kemudian dananya akan digunakan untuk pengeluaran investasi saham atau obligasi.

Selain itu, perubahan tingkat suku bunga akan meningkatkan permintaan masyarakat akan barang dan jasa. Peningkatan permintaan masyarakat ini tentunya akan meningkatkan belanja investasi di kalangan investor, karena produsen barang dan jasa akan membutuhkan lebih banyak dana untuk memproduksi barang dan jasa.

Ketika suku bunga rendah bank akan lebih banyak menyediakan insentif untuk memberikan pinjaman kepada pelaku bisnis dan masyarakat, yang memungkinkan masyarakat untuk membelanjakan lebih banyak uang dan meningkatkan jumlah pinjaman dikalangan investor.

Lemahnya perekonomian akibat pandemi masih tidak bisa dipungkiri, karena daya beli masyarakat akibat pandemi ini belum sepenuhnya pulih. Tingkat suku bunga kredit yang rendah tidak akan otomatis meningkatkan pertumbuhan pinjaman atau kredit masyarakat dan investor. Dikutip dari cnbcindonesia, Ketua Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), Sunarso mengatakatan bahwa permintaan kredit masyarakat dipengaruhi oleh konsumsi masyarakat serta daya beli masyarakat yang tinggi.

Seperti yang kita tahu bahwa pandemi mengakibatkan ribuan orang yang kehilangan pekerjaannnya bahkan apa pula fenomena pemangkasan upah karyawan, sehingga berdampak pada turunnya daya beli masyarakat. Kondisi ini berakibat pada para pelaku usaha dan bisnis yang mengalami penurunan laba, sehingga mengalami banyak kerugian akibat daya beli masyarakat yang menurun.

Menurut situs bi.go.id, Bank Sentral akan tetap menahan tingkat suku bunga yang rendah sampai terlihat adanya pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dan stabil. Selanjutnya, Bank Sentral akan menaikkan tingkat suku bunga secara perlahan untuk menjaga inflasi agar harga barang dan jasa yang dijual di pasar harganya tetap stabil. Seiring dengan kenaikan daya beli masyarakat, maka kenaikan laju inflasi dan kenaikan pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan terwujud.

Untuk itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan bahwa Bank Indonesia akan tetap pertahankan suku bunga acuan yang rendah sampai terlihat adanya tanda-tanda kenaikan inflasi serta laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang membaik. Ia mempertimbangkan perkiraan laju inflasi akan tetap rendah tahun ini yaitu berkisar antara 2 hingga 4 persen. Peningkatan laju inflasi diperkirakan akan meningkat paling cepat pada awal tahun depan.

Kesimpulannya, dengan kebijakan bank sentral yang saat ini memangkas suku bunga acuan di level yang paling rendah, maka diharapkan akan meningkatkan daya beli masyarakat dan meningkatkan permintaan akan pinjaman atau kredit masyarakat serta akan meningkatkan investasi. Hal ini dilakukan BI sebagai solusi untuk percepatan permulihan ekonomi Indonesia pasca pandemi Covid-19.

Terlepas dari semua itu, pemulihan ekonomi bukanlah hal yang mudah diwujudkan dalam waktu yang sangat singkat. Untuk itu Bank Indonesia perlu membuat kebijakan yang sesuai untuk mewujudkan hal tersebut. Menurut saya, BI telah memutuskan hal yang tepat dengan menurunkan tingkat suku bunga acuan sebagai upaya pemulihan ekonomi. Namun, peningkatan laju perekonomian bukanlah hal yang mungkin diwujudkan apabila tidak dibarengi dengan kebijakan-kebijakan moneter lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun