Mohon tunggu...
siti latifatul wahidiyah
siti latifatul wahidiyah Mohon Tunggu... Lainnya - karyawan swasta

mempelajari sesuatu yang baru terasa menarik buat saya . karena saya suka dengan hal2 yang baru dalam hidup saya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Duri di Antara Kita"

27 Desember 2024   13:11 Diperbarui: 27 Desember 2024   13:11 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Stres dan tekanan membuat Chika jatuh sakit. Ia pingsan di kantor dan dilarikan ke rumah sakit. Dokter menyampaikan kabar paling menyakitkan: ia mengalami keguguran. Bayi yang dinantikannya bersama Yovan tak lagi ada. Tangisnya tak terbendung, hatinya hancur tak bersisa.

Di tengah keterpurukannya, Chika menyadari satu hal: ia tidak bisa terus hidup seperti ini. Dengan sisa-sisa keberanian yang ia miliki, Chika menggugat cerai Yovan dan memutuskan hubungan dengan ibunya. Itu bukan keputusan yang mudah. Bagian dari dirinya masih berharap ada perubahan, tetapi ia tahu itu hanya angan kosong.

"Aku harus memikirkan diriku sendiri," kata Chika pada sahabatnya. Dengan dukungan teman-teman dan bantuan terapi, Chika mulai membangun hidupnya kembali. Ia meninggalkan kota itu, membawa hanya barang-barang yang penting dan kenangan yang ingin ia buang jauh-jauh.

Sementara itu, pernikahan antara Yovan dan Yulia yang berlangsung tak lama setelah perceraian Chika tak berjalan mulus. Sifat tempramental Yovan membuat Yulia kewalahan. Pertengkaran demi pertengkaran terjadi, hingga hubungan mereka hancur sebelum genap setahun.

Yulia menyesali perbuatannya, tetapi semuanya sudah terlambat. Ia kehilangan Chika, anak yang dulu selalu ia banggakan. Yovan, di sisi lain, kehilangan segala hal yang pernah ia miliki. Karma datang dengan cara yang tak terduga, menghancurkan keduanya.

---

Di sebuah kafe kecil, Chika duduk sambil menyesap kopinya. Senyumnya kini tulus, matanya penuh dengan semangat baru. Ia telah berdamai dengan dirinya sendiri. Masa lalu memang menyakitkan, tetapi ia tahu, kebahagiaan sejati ada pada dirinya sendiri, bukan pada orang lain.

Luka itu masih ada, tetapi ia telah belajar bahwa luka bukan akhir dari segalanya. Hidupnya baru saja dimulai. Dengan langkah mantap, Chika melangkah keluar dari kafe itu, siap menjemput masa depan yang lebih cerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun