Luka yang Tertinggal
Chika terbaring lemah di ranjang rumah sakit, wajahnya pucat, mata sembab setelah menangis semalaman. Di tangannya, ia memegang foto pernikahannya dengan Yovan. "Aku terlalu lama bertahan," bisiknya pelan. Bayangan masa lalu yang membawanya ke tempat ini pun kembali berputar.
---
Awal Pernikahan yang Bahagia
Awal pernikahan Chika dan Yovan penuh dengan kebahagiaan. Hidup sederhana di kontrakan kecil tak mengurangi rasa cinta di antara mereka. Yovan, pria tampan yang digilai banyak wanita, berhasil memenangkan hati Chika dengan perhatian dan kebaikannya. Namun, di balik senyum manisnya, ada sisi gelap yang belum pernah Chika lihat.
Chika sering mengajak Yovan mengunjungi ibunya, Yulia. Yulia adalah sosok ibu yang ramah dan penyayang, selalu menyambut mereka dengan hangat. Namun, ada sesuatu yang aneh dalam cara Yulia memandang Yovan --- tatapan yang terlalu lama, senyuman yang tak biasa. Chika mengabaikannya, berpikir itu hanyalah rasa bangga seorang ibu mertua terhadap menantunya.
Hari itu, Chika pulang lebih awal dari kantor. Ia mendapati Yulia dan Yovan tertawa bersama di ruang tamu. Yovan tampak merangkul Yulia dengan akrab. Chika merasa tidak nyaman, tetapi Yovan segera menjelaskan bahwa mereka hanya bercanda. "Ibumu hanya sedang sedih, aku mencoba menghiburnya," katanya dengan suara tenang.
Namun, kejadian-kejadian kecil lainnya mulai muncul. Yulia sering memuji Yovan secara berlebihan di hadapan Chika, bahkan mengirim pesan pribadi kepada Yovan dengan alasan yang tidak jelas. Chika mulai merasa gelisah, tetapi ia memilih untuk tetap percaya kepada suaminya.
Suatu malam, Chika memutuskan untuk memberi kejutan pada ibunya dengan mengunjungi rumah Yulia tanpa pemberitahuan. Ketika ia membuka pintu, dunianya runtuh. Di depan matanya, Yulia dan Yovan sedang bermesraan di ruang tamu. Pelukan erat mereka begitu mesra, tak mungkin disalahartikan.
"Ini tidak seperti yang kamu pikirkan!" Yovan berteriak, wajahnya panik. Namun, ekspresi Yulia yang membeku dan gugup berkata lebih banyak daripada kata-kata. Chika tidak bisa berkata apa-apa. Air matanya mengalir deras, tangannya gemetar saat ia meninggalkan rumah itu tanpa sepatah kata.
Namun, itu bukan pertama dan terakhir kalinya. Beberapa minggu kemudian, Chika kembali memergoki Yulia dan Yovan --- kali ini di kamar tidur Yulia. Tangis Chika pecah, ia berteriak meminta penjelasan. "Bagaimana kalian tega melakukan ini padaku?! Aku ini anakmu, Bu!" Yulia hanya menangis tanpa bisa berkata apa-apa, sementara Yovan menunjukkan sisi lain dirinya. Dengan kasar, ia membentak Chika, menyebutnya terlalu sensitif dan tak mampu memahami situasi.
Sejak saat itu, kehidupan Chika berubah menjadi neraka. Yovan mulai menunjukkan sifat aslinya --- tempramental dan manipulatif. Ia sering marah tanpa alasan jelas, bahkan mulai meremehkan Chika di depan orang lain. "Kamu ini istri yang tidak berguna," katanya suatu malam, membuat hati Chika terasa hancur.
Hubungannya dengan Yulia juga semakin memburuk. Ibu yang dulu menjadi tempat curhat dan pelindungnya kini berubah menjadi musuh. Chika merasa sendirian, terjebak di antara pengkhianatan suami dan ibunya sendiri.