Mohon tunggu...
siti latifatul wahidiyah
siti latifatul wahidiyah Mohon Tunggu... Lainnya - karyawan swasta

mempelajari sesuatu yang baru terasa menarik buat saya . karena saya suka dengan hal2 yang baru dalam hidup saya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Burung Cemar

10 September 2024   19:15 Diperbarui: 10 September 2024   19:19 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Burung Cemar

Terbang burung cemar, sayap penuh luka,  
Mengangkasa kelabu, di langit yang muram,  
Tertidur dalam gelap, terbangun di nista,  
Mencari setitik terang di ufuk yang kelam.  

Dulu ia ceria, dengan nyanyian pagi,  
Mengepak sayap bebas, merdeka tak terganti,  
Kini ranting-ranting patah, sarang sepi sunyi,  
Burung cemar bersedih, tersesat dalam mimpi.  

Angin berbisik pilu, memeluknya erat,  
Menghapus riuh kicau yang pernah sempat,  
Di mata yang lelah, memandang cahaya,  
Namun bayang kegelapan terus saja menyapa.  

Di ranting-ranting mati, ia tetap menari,  
Walau sayap tertambat, tak bisa berhenti,  
Mencari makna hidup, di balik semburat hari,  
Meski dunia cemari, ia tetap berdiri.  

Burung cemar terbang, meski tanpa arah,  
Menolak menyerah, dalam lirih yang pasrah,  
Karena meski cemar, sayap tetap mengepak,  
Mengukir jejak sunyi, hingga senja memeluk rembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun