Penjual jamu adalah suami-istri yang rumahnya tidak jauh dari kedai nya yaitu Bu Ita dan Pak Edy . Ketika sang Istri menjajakan jamunya dikedai ,sang suami lah yang menjajakan Jamunya dengan berkeliling ,tentunya menggunakan motor bukan berkeliling ala jamu gendong .
Setelah penulis amati ,sebenarnya lokasi kedai jamu ini sangat strategis karena berada di pinggir jalan umum desa  dan ditengah lapangan , tapi penempatannya agaknya ada yang kurang , spanduk sudah lengkap tapi tetap ada yang dirasa kurang. Jika tidak familiar maka akan kebingungan mencari karena letak kedai bersampingan dengan rumah warga sehingga sedikit tertutupi .Â
Kedai tersebut terbuat dari kayu dan lantai disemen dengan konsep ruang terbuka jadi bila ada pembeli yang ingin minum ditempat dapat bonus semilir angin ,panas-panas lalu mampir ke-kedai jamu sambil minum jamu sudah pastilah nikmat,segar dan sehat pula .
Bila membicarakan rasa jamu selain bahan dan jenis jamu yang dibuat , cara meracik jamu juga mempengaruhi cita rasa jamu , jamu sama halnya dengan memasak beda tangan yang membuat bisa beda juga hasilnya ,padahal cara dan bahan yang digunakan juga sama , selain kehandalan tangan , insting dalam menakar juga perlu diperhitungkan .Â
Dalam urusan mengolah, Bu Ita menyerahkannya pada suaminya seperti yang penulis sebutkan sebelumnya ,beda tangan beda rasa , menurut bu Ita tangan dingin suaminya dalam mengolah jamu lebih  mantap,sehingga bu Ita bertugas untuk meng-handle tugas lainya seperti mencuci bahan,mengemas dan lainnya. Untuk mencuci botol kemasan diserahkan pada orang lain yang bekerja mulai subuh .
Pada dasarnya proses pembuatan jamu bisa ditumbuk dengan tangan atau jika ingin lebih mudah dengan menggunakan mesin penghalus seperti blender misalnya ,tetapi setelah penulis tanya Pak Edy lebih memilih menggunakan tenaga tanganya (ditumbuk manual) dari pada menggunakan mesin penghalus seperti yang lain ,
pembaca tentunya akan berpikir sama seperti penulis jika ada yang mudah kenapa harus susah-susah , " iya ,memang gampang mbak kalau bikinya pakai blender ,saya juga pernah pakai,tetapi pelanggan saya pada komplain rasanya jadi berbeda,kurang mantep katanya jadi saya kembali manual dengan tangan ,ya efeknya saya bisa setelah sepuluh hari jualan saya ambil istirahat,enggak jualan" ucap pak Edy .
Program dan sasaran  yang penulis rencanakan mempertimbangkan kondisi saat ini dimana saat pandemi ekonomi menjadi kurang stabil dan peningkatan kebutuhan minuman atau jamu herbal untuk kesehatan tubuh dan menjaga imun agar tetap fit ditengah pandemi .
 Program kerja penulis berfokus pada pemasaran online dan offline untuk menarik minat konsumen sehingga konsumen tidak hanya bersal dari desa setempat melainkan desa-desa tetangga dan masyarakat dikecamatan tersebut juga dapat mengetahui produk jamu  dari "Sumber Rejeki" ini .Â
Selain itu diharapakan agar yang tertarik mengkonsumsi minuman tradisional ini bukan hanya orang tua saja tetapi juga anak kecil dan kaum muda agar manfaatnya dapat dirasakan .Â