Saya terpikir menulis tentang merek sebuah produk gara-gara melihat status WA teman yang mengunggah dagangan online-nya. Mata saya langsung melotot setelah menangkap judul paket promo yang ditawarkan  sebuah merk kosmetik terkenal itu. Saya yang biasanya tidak mudah tertarik dengan berbagai macam promosi alat kecantikan dan selalu mengabaikannya, sempat menahan sejenak layar monitor telepon genggam supaya tidak bergulir menayangkan unggahan status lainnya.
PELAKOR .... Tertulis dengan huruf kapital semua. Kelihatan kalau  perusahaan kosmetik ini niat sekali memanfaatkan momentum maraknya berita tentang wanita perebut laki orang. Pionir berita viral tentang pelakor yang masih kita ingat betul tentunya Bu Dendy. Beritanya meledak ke mana-mana.Â
Media massa cetak dan elektronik berhari-hari menayangkan kisah rumah tangga Bu Dendy yang kisruh karena orang ketiga. Lhoh, Kenapa saya malah bercerita tentang Bu Dendy? Mohon maafkan saya. Terkadang saat  sedang mengetik, benar mulut saya tidak berghibah, tetapi jari-jari saya mengajak mengungkit-ungkit masalah orang lain. Oh, ya, kembali ke masalah awal tentang paket promo berjudul PELAKOR tadi.Â
Saya anggap strategi pemasaran perusahaan kosmetik ini berhasil. Mengapa? Karena saya yang termasuk cuek untuk urusan perawatan wajah .... Kok, saya malu sendiri ya menulis kalimat ini, nyatanya tertarik untuk membaca sampai tuntas tiap kata dan tiap kalimat plus mengamati foto produknya sampai tamat.Â
Awalnya saya kira produk yang ditawarkan pasti bertujuan membantu para istri menjadi lebih cemlorot dan berkilau wajahnya sehingga  ampuh menghalau para calon pelakor yang akan mengintai para suami. Ternyata setelah saya membaca ulang, PELAKOR  di situ adalah akronim dari PELUNTUR LEMAK KOTOR. Dahi saya langsung mengernyit, merasa tersindir dengan paket promo yang ditawarkan itu. Kok tahuuuuuu ... saya sedang kebingungan dengan lemak yang kerasan di perut.Â
Saya amati lagi foto produknya. Ini sebenarnya apa yang mau dijual? Bedak? bukan. Foundation? bukan. Â Concealer? bukan. Micellar water? bukan. Untuk dua produk yang saya sebutkan terakhir, sungguh saya tidak tahu apa dan bagaimana penggunaannya. Jadi, harap dimaklumi. Terlepas dari itu semua, produk ini saya anggap berhasil menarik minat calon pembeli gara-gara penggunaan kata PELAKOR tadi.
Berawal dari kejadian itu, saya akhirnya iseng mencari produk lain di internet yang mungkin menggunakan nama merek yang unik dan antik juga.  Fakta membuktikan, warga +62 (saya  ikut-ikutan memakai penyebutan itu supaya tidak dianggap ketinggalan zaman .... He he he ....) memang terkenal dengan kreativitasnya yang sudah level dewa. Pastilah merek-merek produk pun akan dibuat selucu dan seaneh mungkin demi menarik calon pembeli. Dengan mata sedikit jelalatan karena saya harus memelototi satu per satu produk yang mau saya cari itu, akhirnya ketemu juga. Ada produk kopi bermerek COFFE PASTE. Spontan saya tertawa, membayangkan jika kopi ini pasti ditujukan untuk para mahasiswa yang sukanya copy paste artikel dan tugas teman. Ada lagi pempers bayi  dengan merek SAYANGKU. Masih menahan tawa, saya membayangkan jika bapak-bapak yang disuruh membeli pempers ini, apa jadinya? Saat Mbak Pramuniaga menghampiri dan menanyakan apa yang mau dibeli kepada bapak yang sedang kebingungan di mana letak produk pempers, mungkin dialog yang terjadi akan seperti ini.
            "Pak, bisa saya bantu? Bapak mau beli apa?"
            "Saya mau membeli pempers SAYANGKU."
Waaaaaah .... Bisa gawat jika didengar pembeli lainnya. Di dalam supermarket kok sayang-sayangan begitu.
Ada satu merek lagi yang membuat saya masih tersenyum-senyum sendiri. Kripik JOMBLO. Apalagi, masih ada keterangan tambahannya  "Camilan Resmi Anak JOMBLO Indonesia". Yang sudah mempunyai gandengan sepertinya dilarang membeli dan menikmati camilan ini. Â