Mohon tunggu...
Siti Khotijah
Siti Khotijah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang guru di sebuah kota kecil yang terkenal dengan kerajinan marmernya. Hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lika-Liku Perdiskonan, Ada yang Bisa Menjelaskan?

9 Mei 2023   08:39 Diperbarui: 9 Mei 2023   08:44 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap berbelanja di mana pun tempatnya, mau di pasar tradisional atau di pasar modern seperti swalayan dan mal, tetap yang namanya ibu-ibu maunya dapat harga murah. Bisa murah karena memang tempat itu menjualnya dengan harga miring, atau bisa juga karena ada diskonan. Kalau sudah melihat kata sale, sebisa mungkin diburu sampai titik darah penghabisan. Itu saya lho yaaa ... hehehe ....

Seperti acara belanja kemarin siang. Sepulang dari tugas negara di sekolah, tidak perlu belanja jauh-jauh, saya mampir dulu belanja keperluan dapur---maklum baru gajian---di sebuah swalayan yang jaraknya cuma 100 meter dari sekolah tempat saya mengajar. Sebenarnya yang benar-benar harus dibeli adalah susu jagoan saya yang sudah beberapa hari terpaksa absen minum susu karena kehabisan. Tetapi, entah mengapa di keranjang belanjaan akhirnya malah penuh dengan jajan camilan. Jajan camilan sebenarnya penting juga sih, amunisi jaga-jaga bila saya lebih sering bengong di depan laptop karena kebingungan mau menulis apa di Kompasiana. Lhah? Gitu kok menyalahkan takdir? Ngemil terus kok minta bodi seaduhai gitar Spanyol? Mimpi kali yeee .... Stop! Mengapa saya mem-body shiming diri sendiri? Semoga tidak ada yang tersinggung selain saya sendiri .... Huehehe ....

Kembali ke masalah penting yang mau saya bicarakan. Singkat cerita, susu adalah belanjaan terakhir yang saya ambil dari rak. Tidak pakai lama saya langsung njujug di deretan merk susu tertentu. Mata saya langsung berbinar-binar saat melihat ada tulisan "Beli Satu Gratis Satu". Dua bungkus  susu dijadikan satu dan diplester. Weeeladhalah, ini yang saya cari-cari! Pucuk dicinta ulam pun tiba. Kok ya bisa pas lhoo? Tapi, tunggu dulu! Kok ada yang aneh. Saya melihat harga susu jika membeli satu bungkus seharga 90 ribu. Jika membeli yang ada tulisan "Beli Satu Gratis Satu", harganya berapa? Kok tidak tertulis harga. Wah, ini pasti jebakan batman nih! Untuk menjawab kekepoan, saya bawa tiga bungkus susu di depan kasir. Saya tanyakan ke Mbak kasir, jika harga satu bungkusnya 90 ribu, maka dua bungkus  yang diisolasi jadi satu ini harganya berapa? Saya takut jangan-jangan tetap dihargai 90 ribu. Berarti tinggal mengalikan dua, 180 ribu dong?  Sama juga boong!

Mbak kasir akhirnya melihat harga di komputer. Dan, ternyata harga dua bungkus susu itu 90 rb, sesuai dengan tulisan yang tertera di situ "Beli Satu Gratis Satu". Mestinya saya bahagia lahir dan batin mendengar jawaban Mbak kasirnya, tetapi tetap hati ini mengatakan ada yang aneh saja dengan promo susu ini. Saya pertegas lagi ke mbaknya. "Lhoh, Mbak, wong satu bungkus ini seharga 90 ribu, terus yang dua bungkus  ini  ternyata juga 90 rb, terus bedanya apa? Lhah kalau harganya sama, pembeli lak yo pilih yang dua bungkus diisolasi jadi satu itu? Jangan-jangan  yang di promo itu kadaluarsanya tinggal satu bulan ya, Mbak?" Terpaksa  saya bertanya macam-macam ke Mbak kasir, karena harus meyakinkan diri jika susu promo ini aman-aman saja dikonsumsi. Ternyata masa kadaluarsa susu promo ini masih lama. Mbak kasirnya sendiri tidak bisa menjelaskan mengapa kok tidak sekalian saja susu merk tertentu itu diisolasi dua-dua dan diberi label beli satu gratis satu. Pembeli kan tidak perlu bertanya-tanya lagi. Eh, sebentar, jangan-jangan saya sendiri yang memang cerewet. Begitu saja ditanyakan.

Kesimpulan dari tulisan ini, pertama, saya memang beruntung mendapat promo susu "Beli Satu Gratis Satu" hari ini. Kedua, sampai detik ini saya masih bingung dengan model promo susu ini. Dengan harga sama 90 ribu, ada dua pilihan: dapat satu bungkus dan dapat dua bungkus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun