Keluh Kesah guru wiyata bakti di Madrasah Ibtidaiyah
Menjadi guru swasta di naungan Kemenag memang tidaklah mudah. Terlebih lagi jika mengajar di sekolah Madrasah Ibtidaiyah, yang memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dengan sekolah biasa. Guru Wiyata, seorang guru di sebuah Madrasah Ibtidaiyah di Indonesia, mengeluhkan kondisi yang dihadapinya dalam mengajar. Berikut beberapa keluh kesah yang banyak di alami oleh Guru swasta di Madrasah Ibtidaiyah:
Pertama, masalah yang dialami oleh Guru Wiyata adalah fasilitas yang tidak memadai. Madrasah Ibtidaiyah yang ia ajarkan memiliki fasilitas yang sangat minim, seperti ruang kelas yang sempit dan tidak memadai untuk menampung siswa, peralatan yang tidak lengkap, dan buku-buku yang sudah usang. Ini tentu mempengaruhi kualitas pembelajaran yang dapat diberikan oleh Guru Wiyata kepada siswa.
Kedua, Guru Wiyata juga mengeluhkan kurangnya dukungan dari pihak pemerintah. Terkadang, kebijakan yang diterapkan oleh pihak pemerintah membingungkan bagi kami. Misalkan masalah Tunjangan intensif tahun 2022 yang tidak di bagi secrata merata. Ada yang mendapat Full 1 tahun, ada yang mendapat separuh tunjangan bahkan banyak sekali yang tidak mendapat kan tunjangan.Â
Hal tersebut sangat membingungkan kami karena tidak ada kriteria khusus  antara yang mendapat tunjangan dengan yang tidak mendapat. Seperti bermain lotre. Antara Sekolah Dasar Negri dengan Madrasah Ibtidaiyah berbeda sekali, banyak guru-guru disana yang sudah honorer bahkan banyak yang diangkat PPPK namun kami yang sudah mengabdi di Madrasah berpuluh tahun jangankan ikut PPPK mau ikut PPG saja susahnya bukan main.
Ketiga adalah masalah gaji. Gaji guru merupakan hal yang sangat penting bagi setiap profesi, termasuk guru. Gaji yang layak dapat memotivasi guru untuk bekerja dengan baik dan memberikan layanan terbaik kepada siswa. Namun, masalah gaji seringkali menjadi masalah utama bagi banyak guru di Madrasah Ibtidaiyah.Â
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah gaji yang diterima oleh seorang guru, seperti tingkat pendidikan, pengalaman kerja, dan kondisi sekolah masing-masing apakah banyak siswanya atau tidak. Kebanyakan dari curhatan teman-teman sekolah lain, gaji kami antara seratus ribu sampai tujuh ratus ribu rupiah. Biasanya jika sekolahnya hanya memiliki siswa sedikit siswa maka honor atau gaji hanya kisaran 100-250 ribu rupiah.
Seharusnya pemerintah juga harus memprioritaskan pendidikan dan memberikan gaji yang layak bagi guru terutama di Madrasah Ibtidaiyah karena kami juga sama mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Jika hal ini dapat dapat dicapai pastinya guru swasta pastinya dapat memberikan layanan terbaik kepada siswa dan menjaga kualitas pendidikan di sekolah.
Meskipun menghadapi berbagai kendala dan kesulitan, Guru Wiyata harus tetap bertekad untuk memberikan yang terbaik bagi siswa-siswinya. Namun kami masih berharap agar pemerintah dan masyarakat lebih peduli terhadap kondisi madrasah Ibtidaiyah dan memberikan dukungan yang lebih baik bagi para guru dan siswa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H