Berbagi Jaket di Saat Pandemi
Siapa sih yang tidak bahagia untuk pasangan yang belum lama menikah kemudian dikaruniai seorang putri mungil yang cantik? Ya, tentu saja bahagia tiada tara.Â
Apalagi setelah melewati hal panjang yang cukup melelahkan. Hampir dua tahun pernikahan kami dilalui dengan merawat ibuku yang sakit hipertensi dan kencing manis.Â
Hal ini membuat beliau gampang sekali naik darah. Kami berdua harus banyak-banyak bersabar dalam menghadapi beliau. Tapi sesuai komitmen kami berdua sebelum kami menikah bahwa suamiku bersedia membantu merawat ibuku.
 Untuk sementara, beliau tinggal di kota asalnya karena memang usahanya di sana dan aku tetap tinggal bersama ibuku di kota kelahiranku.Â
Alhamdulillah, jarak tempuh antara kota asalku dengan kota kelahiran suamiku hanya memakan waktu sekitar 2 atau 2 jam setengah. Seminggu sekali beliau pulang di waktu weekend. Sampai-sampai menjelang weekend aku mempunyai kebiasaan baru, yaitu menghitung hari. Biasanya suamiku pulang tiap Sabtu dan Minggu. Itu pun kalau sedang tidak ada job.Â
Kalau pas ada job dadakan atau bertepatan dengan weekend, maka diundurlah minggu berikutnya baru ketemu. Sampai aku hampir hafal lagunya Krisdayanti yang berjudul "Menghitung Hari".
Sembari merawat ibuku, aku juga bekerja di dunia pendidikan. Alhamdulillah, ibuku masih bisa aktivitas seperti biasa, misalnya pergi ke pasar, masak atau bersih-bersih rumah. Tapi yang mengkhawatirkan adalah ketika sakit beliau kambuh, efek dari diabetes mellitus adalah badannya suka gatal-gatal dan sering ngedrop.Â
Terus kalau soal hipertensi jangan ditanya, beliau emosinya sering meledak-ledak. Tentu saja, aku seringkali menjadi tempat pelampiasan kemarahan beliau. Ada-ada saja hal sepele yang seringkali menjadi permasalahan. Misalnya saja, lupa mematikan keran air, tidak sesuai menaruh kursi di tempat yang  beliau inginkan, dan masih banyak hal lainnya.
Hanya saja, meski emosi ibuku seringkali meluap-luap, tapi tidak pernah ibuku melampiaskannya saat suamiku berada di rumah. Sehingga aku menghadapinya sendirian.Â
Lambat laun, hal ini membuatku stres juga. Yang aku rasakan, kadang ibu merasa cemburu yang terlalu berlebihan. Misalnya saja, sebagaimana pada umumnya ketika suami datang, aku bergegas membuatkan suami minuman teh atau hanya sekadar memberi segelas air putih.Â