Sifat mau mengasihi orang-orang yang sengsara,adalah terpuji dan mulia, yang diakui oleh seluruh manusia yang beradab. Akan tetapi bukan semua umat manusia yang mau dan dapat bersifat demikian, walaupun tak kurang anjuran untuk itu.
Dalam hal ini, puasalah "taman latihan " yang sebaik-baiknya, semata-mata anjuran saja, belum tentu akan mempan  dan mantap serta berhasil melembutkan hati manusia melihat nasib si lemah dan si miskin dan belum tentu akan ringan tangannya untuk memberikan bantuan dan pertolongan, tetapi orang-orang yang sudah merasai betapa hebatnya dan sakitnya haus, lapar dan lemah persendian amat lekas di masuki perasaan rahim,hiba dan belas serta santun terhadap mereka yang menderita kelaparan itu. Sebab hati itu adalah "ibarat tanah dicangkul, dibalikkan, yang dibawah keataskan,yang di atas kebawah kan agar sama merasakan panas matahari, sudah itu baru digemburkan lalu di tanam, dan barulah kita akan mendapatkan hasil dari hasil padanya.
Demikian jugalah keadaannya dengan jiwa manusia, apakah mereka telah merasakan bagaimana susah,derita dan payahnya menanggung lapar dan haus seperti yang dialami simiskin,melarat dan si lemah,karena tak makan dan sebagaimana mereka pula,maka barulah dapat di harapkan meresapnya hiba kasihan melihat saudara-saudaranya makhluk Allah yang lain yang terjauh dari nikmat kekayaan dan kecukupan sebagai mereka.
Tangan merekalah yang mudah terulur untuk memberikan dan tangan itu pulalah yang akan Sudi meringankan beban yang diderita silemah dan tangan itu yang Sudi menghapuskan air mata yang kecewa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H