- pembelajaran secara luring kembali diberlakukan. Hal ini disambut baik oleh peserta didik, orang tua peserta didik, dan pendidik. Dengan pembelajaran luring diharapkan peserta didik dapat memahami materi yang disampaikan pendidik dengan lebih mudah. Kenyataannya, harapan itu tidak terwujud secara mudah karena pembelajaran secara daring sangat berbeda dengan pembelajaran secara luring. Saat pembelajaran daring, peserta didik lebih santai karena tingkat kesulitan materi juga diturunkan sehingga terbiasa berpikir secara mudah. Sedangkan saat pembelajaran luring, peserta didik dituntut untuk konsentrasi paling tidak sekitar sembilan puluh menit tiap mata pelajaran. Ditambah lagi, tingkat kesulitan materi ditingkatkan lagi. Perubahan cara belajar berimbas pada banyak hal. Salah satunya, peserta didik menjadi kurang dapat berpikir kritis ketika ada masalah yang perlu diselesaikan. Contohnya saat pembelajaran bahasa Indonesia materi merancang teks editorial, peserta didik kesulitan mengungkapkan ide, merangkai kalimat menjadi paragraf, dan solusi tepat terkait masalah yang dibahas. Kesulitan tersebut harus diselesaikan pendidik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pandemi covid-19 sudah berlalu,
- Â Â Â Â Â Â Saya selaku tenaga pendidik mengerti bahwa menumbuhkan sikap berpikir kritis peserta didik setelah hampir dua tahun pembelajaran dilakukan secara daring tidaklah mudah untuk diimplementasikan. Namun, saya tetap berusaha untuk mencari model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Selain itu, saya juga mencari metode pembelajaran yang lebih variatif sehingga dapat menjadi jembatan untuk menyampaikan materi kepada peserta didik dan tujuan pembelajaran pun dapat tercapai sesuai rencana. Setelah melalui proses kajian literatur dan wawancara, saya menemukan model dan metode pembelajaran yang dapat menjadi sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran merancang teks editorial, yakni model Project Based Learning dan metode mind map. Tujuan dari pembelajaran dengan model dan metode ini agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi. Selain itu, peserta didik lebih antusias menyelesaikan proyek karena dilakukan secara bersama-sama dengan kelompoknya.
- Dalam pembelajaran merancang teks editorial, saya mengarahkan peserta didik untuk membaca koran terkait berita yang sedang ramai dibahas (aktual). Contoh teks berita yang dibahas tentang "Angka Pernikahan Dini di Jateng Tinggi, Begini Kata Ganjar Pranowo". Setelah itu, peserta didik mendiskusikan terkait isi berita, masalah yang dibahas, dan cara mengatasi masalah tersebut dari segi keilmuan yang dikuasai peserta didik. Lalu, peserta didik merumuskan tentang pengenalan isu, penyampaian pendapat, dan simpulan. Kemudian, peserta didik menyusun mind map untuk memudahkan siswa dalam mengembangkan kerangka berpikirnya sehingga teks editorial yang dirancang nantinya akan tersusun secara sistematis. Selanjutnya, mind map yang sudah jadi dikirim ke LMS SMAN 1 Bukateja. Berikutnya, mind map tersebut dikembangkan menjadi teks editorial utuh dilanjutkan dengan mengirimkan hasil proyek (produknya) ke LMS SMAN 1 Bukateja. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan presentasi hasil pembuatan mind map dan produknya untuk mendapatkan penilaian. Setelah itu, kegiatan diakhiri dengan evaluasi pengalaman terkait produk yang telah diciptakan.
- Â Â Â Â Â Â Setelah proyek ini selesai, saya mencoba untuk menanyakan respon peserta didik atas proses pembelajaran dengan model PjBL dan metode mind map yang sudah diikuti. Peserta didik mengatakan bahwa mereka lebih memahami materi, lebih bisa memahami topik-topik yang diberikan, lebih mudah dalam merancang teks editorial, dan mereka menikmati proyek yang berkelompok.
- Â Â Â Â Â Â Refleksi terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan model PjBL dan metode mind map dengan sebelum menggunakan model tersebut adalah saya melihat peserta didik lebih kritis, kreatif, mampu berkomunikasi, dan mampu berkolaborasi dalam mengerjakan proyek meskipun masih ada di antara mereka yang sedikit pasif. Saya juga lebih banyak mengetahui manfaat model tersebut dalam mencapai hasil belajar dan kemampuan 4C peserta didik lebih meningkat dilihat dari proses pembelajaran dan produk yang dihasilkan. Â
-       Hal-hal yang perlu diperbaiki untuk pembelajaran selanjutnya untuk saya adalah lebih mendalami penggunaan model-model pembelajaran yang menarik, metode pembelajaran yang bervariatif, dan media pembelajaran  yang inovatif agar proses belajar mengajar lebih menarik dan mampu memotivasi peserta didik dalam belajar sehingga materi pembelajaran dapat tercapai dengan baik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!