Esensi dari setiap keputusan yang kita ambil akan kita jalani, kita lakukan bersama dengan anak-anak setiap harinya dan hal tersebut tentunya akan menjadi nilai-nilai yang dipercaya sebagai kebaikan dalam setiap diri anak-anak. Â Apabila kita berpihak pada mereka anak-anak kita maka akan tumbuh dalam dirinya rasa untuk diakui, dibutuhkan, dan dihargai kehadirannya sehingga kepercayaan dirinya mulai tumbuh dan menguat. Dengan demikian anak-anak tersebut akan dengan senang hati dan rela hati untuk belajar dan mengembangkan potensi dirinya dengan sungguh-sungguh untuk lebih maksimal dengan kata lain melejitkan potensi dalam dirinya.
Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dalam pembelajaran modul materi Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran adalah:
- Tujuan pendidikan menurut KHD adalah tercapainya keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia ataupun sebagai anggota masyarakat sehingga pengambilan keputusan haruslah berpegang pada tujuan tersebut.
- Sebagai seorang guru Guru Penggerak diharapkan mampu mengambil keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran yang berpihak pada anak.
- Budaya Positif merupakan salah satu rangkaian keputusan yang bisa diambil guru ketika menyikapi peristiwa di kelas agar situasi tetaplah kondusif tanpa menjatuhkan mental anak.
- Pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu tehnik atau langkah dengan menyesuaikan gaya belajar mereka sebelum kita mengambil keputusan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran.
- Saat mengambil keputusan, akal sehat kita harus berada dalam situasi yang paling bagus. Untuk itu kita perlu melakukan mindfullness untuk menyegarkan kembali otak kita agar kembali fokus dan tidak terpancing emosi.
- Banyak situasi tidak terduga yang akan terjadi di lingkungan kelas atau sekolah dan bahkan komunitas. Hal terpenting sebelum mengambil keputusan adalah dengan menguji keselutuhan data dan fakta yang ada. Apabila permasalahan tersebut merupakan dilema etika, maka keberpihakan kepada anak adalah yang paling utama. Namun apabila kita terjebak pada situasi bujukan moral maka kita bisa menerapkan segitiga restitusi apabila berkaitan dengan pelanggaran nilai-nilai keyakinan kelas. Selain itu kita bisa melakukan coaching agar dapat mengambil keputusan terbaik. Karena dengan melakukan coaching maka akan lebih mudah memetakan situasi yang terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H