Baju pengantin adat Sai Batin, yang khas dengan keindahan dan keagungannya, kini dapat ditemukan di Museum Lampung sebagai salah satu koleksi budaya yang tak ternilai. Pakaian tradisional ini mencerminkan sejarah panjang dan tradisi leluhur masyarakat Lampung, khususnya dari adat Sai Batin. Menyimpan kisah yang kaya akan filosofi dan nilai-nilai kearifan lokal, baju pengantin Sai Batin menjadi simbol kebanggaan budaya yang terus dijaga hingga saat ini.
Pakaian pengantin Sai Batin merupakan salah satu baju adat yang digunakan oleh masyarakat adat Sai Batin di Lampung dalam upacara pernikahan. Didesain dengan kain tenun khas Lampung dan dihiasi aksesoris dari emas atau kuningan, baju ini menggambarkan status sosial dan kekayaan simbolik masyarakat. Warna merah dan emas pada busana ini melambangkan keberanian dan kemakmuran, sementara motif-motif yang rumit menggambarkan keterampilan para pengrajin serta kekayaan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Di Museum Lampung, baju pengantin adat Sai Batin dipamerkan sebagai salah satu koleksi penting untuk memperkenalkan budaya lokal kepada generasi muda dan para wisatawan. Pakaian ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung, karena desain dan coraknya yang unik serta nilai-nilai sejarah yang melekat. Keberadaan baju ini di museum bukan hanya sebagai benda pajangan, tetapi juga sebagai sarana edukasi untuk mengingatkan masyarakat akan kekayaan tradisi Lampung.
Asal usul baju pengantin Sai Batin sendiri berkaitan erat dengan sistem kekerabatan Sai Batin yang dikenal dengan "Paksi Pak Sekala Brak." Sistem ini membagi masyarakat adat Lampung menjadi beberapa kelompok sosial atau paksi, yang masing-masing memiliki kekhasan dalam budaya dan tradisinya, termasuk dalam hal berpakaian. Adat Sai Batin merupakan salah satu adat tertua di Lampung, dan pakaian pengantin ini menggambarkan identitas serta status keluarga yang melaksanakan pernikahan.
Dan juga menjadi ciri khas adalah perhiasan kepala yang menjadi pembeda akan adat sai batin dan pepadun. Perhiasan kepala sai batin ialah siger (sigokh), yaitu mahkota dengan beruji 7 yang melambangkan 7 buay dan juga melambangkan kedudukan dari punyimbang yang selalu berada di tengah-tengah jukhagan dan rakyatnya. Dan itu lah sebabnya ruji paling tengah lebih tinggal di banding dua ruji di kanan dan kirinya.
Melalui koleksi di Museum Lampung, masyarakat diharapkan dapat lebih mengenal sejarah dan filosofi di balik baju pengantin adat Sai Batin. Pameran ini bukan hanya memperlihatkan fisik baju pengantin, tetapi juga membawa pengunjung menelusuri jejak panjang sejarah Lampung yang kaya dan beragam. Bagi generasi muda, ini menjadi pengingat pentingnya melestarikan warisan budaya agar tetap hidup dan dihargai sepanjang masa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H