Mohon tunggu...
Siti HaryaniM
Siti HaryaniM Mohon Tunggu... Mahasiswa - KKN MIT DR-13 Kelompok 32

KKN MIT DR 13

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menurunnya Kualitas Tembakau di Desa Karangawen pada Tahun 2020-2021

3 Maret 2022   16:56 Diperbarui: 3 Maret 2022   17:01 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Demak- Tembakau merupakan salah satu jenis tanaman unggulan yang di budidayakan masyarakat desa karangawen untuk sistem perekonomian masyarakat. Dengan ini Mahasiswa KKN MIT DR-13 Kelompok 32 melakukan wawancara dengan Bapak Jupri selaku petani tembakau di desa karangawen. Rabu (23/02/2022).

Wawancara dilakukan pada hari rabu jam 15.00 sampai jam 16.00, mahasiswa KKN MIT DR-13 Kelompok 32 menanyakan mengenai naik turunya kualitas tembakau petani desa karangawen. Tembakau 2 tahun terakhir ini menurun dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi pada tahun 2020 sampai tahun 2021 sehingga membuat kualitas tembakau tidak bagus. Ujar Bapak Jupri selaku petani tembakau desa karangawen. Hal ini sesuai dengan apa yang di katakan oleh Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia ( APTI ) Soeseno dalam Bisnis.com yang mengatakan bahwa penurunan produksi pada tahun 2021 menandai tahun kedua berturut- turut petani merugi karena cuaca buruk dan kemarau basah yang mempengaruhi output.

Tembakau pada tahun 2019 1kg krosok ( kuning ) terjual dengan harga Rp.30.000 sampai Rp.35.000 dan bisa mencapai harga tertinggi dengan harga Rp.40.000  per kilo dengan kualitas terbaik, dan di tahun 2021 pabrik rokok tidak mengabil tembakau dikarenakan kualitas tembakau yang kurang bagus (jelek) maka hanya di jual untuk personal. Ujarnya

 Beliau mengaku tembakau yang ditanam dengan kualitas cuaca bagus maka hasil panen yang di dapat petani tembakau bisa mencapai Rp.40.000 per kilo dari pengepul, akan tetapi di tahun 2021 petani tembakau desa karangawen menghasilkan tembakau dengan kualitas kurang baik, hingga para petani terpaksa menjual tembakau dengan harga Rp.25.000 sampai Rp.15.000 per kilo kepada pengepul.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun