Demak- Tembakau merupakan salah satu jenis tanaman unggulan yang di budidayakan masyarakat desa karangawen untuk sistem perekonomian masyarakat. Dengan ini Mahasiswa KKN MIT DR-13 Kelompok 32 melakukan wawancara dengan Bapak Jupri selaku petani tembakau di desa karangawen. Rabu (23/02/2022).
Wawancara dilakukan pada hari rabu jam 15.00 sampai jam 16.00, mahasiswa KKN MIT DR-13 Kelompok 32 menanyakan mengenai naik turunya kualitas tembakau petani desa karangawen. Tembakau 2 tahun terakhir ini menurun dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi pada tahun 2020 sampai tahun 2021 sehingga membuat kualitas tembakau tidak bagus. Ujar Bapak Jupri selaku petani tembakau desa karangawen. Hal ini sesuai dengan apa yang di katakan oleh Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia ( APTI ) Soeseno dalam Bisnis.com yang mengatakan bahwa penurunan produksi pada tahun 2021 menandai tahun kedua berturut- turut petani merugi karena cuaca buruk dan kemarau basah yang mempengaruhi output.
Tembakau pada tahun 2019 1kg krosok ( kuning ) terjual dengan harga Rp.30.000 sampai Rp.35.000 dan bisa mencapai harga tertinggi dengan harga Rp.40.000 Â per kilo dengan kualitas terbaik, dan di tahun 2021 pabrik rokok tidak mengabil tembakau dikarenakan kualitas tembakau yang kurang bagus (jelek) maka hanya di jual untuk personal. Ujarnya
 Beliau mengaku tembakau yang ditanam dengan kualitas cuaca bagus maka hasil panen yang di dapat petani tembakau bisa mencapai Rp.40.000 per kilo dari pengepul, akan tetapi di tahun 2021 petani tembakau desa karangawen menghasilkan tembakau dengan kualitas kurang baik, hingga para petani terpaksa menjual tembakau dengan harga Rp.25.000 sampai Rp.15.000 per kilo kepada pengepul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H