Mohon tunggu...
Siti Masitoh
Siti Masitoh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UPI Kampus Cibiru

Saya adalah mahasiswa angkatan 2023 program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dari Universitas Pendidikan Indonesia di Kampus UPI di Cibiru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

PKn di Sekolah: Formalitas Tanpa Esensi?

24 Desember 2024   23:00 Diperbarui: 25 Desember 2024   03:14 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah memiliki tujuan mulia untuk membentuk karakter dan moral siswa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Namun, dalam praktiknya, PKn sering kali dianggap sebagai mata pelajaran yang hanya bersifat formalitas tanpa esensi yang mendalam. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa nilai-nilai kebangsaan dan karakter yang diharapkan tidak tertanam secara efektif dalam diri siswa. PKn tidak hanya berfungsi untuk menyampaikan pengetahuan tentang hak dan kewajiban warga negara, tetapi juga untuk menanamkan nilai-nilai moral yang kuat (Wahyudi, A., & Setiawan, D., 2020). Sayangnya, tantangan seperti metode pembelajaran yang monoton, kurangnya inovasi, dan minimnya keterkaitan dengan isu-isu aktual membuat PKn menjadi kurang efektif. Akibatnya, siswa cenderung menghafal materi tanpa memahami maknanya secara mendalam.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam pendidikan PKn adalah globalisasi yang membawa pengaruh besar terhadap pola pikir dan perilaku generasi muda (Pratama, N. Y. P., & Dewi, D. A., 2021). . Globalisasi sering kali menggeser nilai-nilai lokal dan nasional, membuat siswa lebih mudah terpengaruh oleh budaya luar yang bertentangan dengan Pancasila. Selain itu, kurangnya pemahaman tentang pentingnya nilai-nilai kebangsaan menyebabkan siswa tidak memiliki kesadaran untuk menerapkan prinsip-prinsip kewarganegaraan dalam kehidupan sehari-hari. Kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran juga menjadi faktor yang memperburuk situasi. Proses pembelajaran yang cenderung teoretis tanpa memberikan ruang bagi siswa untuk berpartisipasi aktif membuat mereka menjadi pasif dan kurang memiliki keterampilan berpikir kritis serta analitis (Rahman, A., & Ndona, Y., 2024).

Dampak dari lemahnya implementasi PKn sangat signifikan. Minimnya pemahaman tentang nilai kebangsaan membuat siswa tidak mampu menerjemahkan nilai-nilai Pancasila ke dalam kehidupan nyata. Hal ini juga menyebabkan rendahnya partisipasi sosial siswa, karena kurangnya praktik langsung membuat mereka pasif dan tidak terlibat dalam kegiatan sosial. Selain itu, pengaruh budaya luar yang tidak difilter dengan baik berpotensi menurunkan moral dan karakter siswa, sehingga menciptakan krisis identitas dan moralitas di kalangan generasi muda.

Untuk mengatasi permasalahan ini, beberapa langkah strategis perlu diambil. Salah satunya adalah dengan menerapkan pembelajaran yang lebih aktif dan kontekstual. Menghubungkan materi PKn dengan realitas sosial melalui studi kasus, simulasi, dan debat dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan membantu mereka memahami nilai-nilai kebangsaan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Peningkatan kompetensi guru juga menjadi kunci untuk menyukseskan pendidikan PKn. Guru perlu dilatih untuk mengembangkan metode pembelajaran yang inovatif dan menarik agar siswa tidak merasa bosan dan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat sangat penting untuk mendukung pendidikan karakter yang efektif. Pendidikan yang bersinergi ini akan lebih mudah menanamkan nilai-nilai positif dan membentuk sikap kewarganegaraan yang baik. Pemanfaatan teknologi juga dapat membantu memperkaya materi pembelajaran dan menyajikannya dengan cara yang lebih menarik serta relevan dengan perkembangan zaman.

Secara keseluruhan, meskipun PKn di sekolah memiliki potensi besar untuk membentuk karakter dan moral siswa, tantangan seperti metode pembelajaran yang kaku dan pengaruh globalisasi menghambat efektivitasnya. Dengan mengadopsi pendekatan yang lebih kontekstual, meningkatkan kompetensi guru, dan membangun kolaborasi dengan masyarakat, PKn dapat menjadi lebih bermakna dan relevan bagi siswa. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk merenungkan apakah kita telah cukup berupaya untuk menjadikan PKn sebagai mata pelajaran yang membentuk karakter bangsa atau masih terjebak dalam rutinitas formalitas yang kosong.

Daftar Rujukan

Pratama, N. Y. P., & Dewi, D. A. (2021). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Membentuk Moral Bangsa yang Terkikis Akibat Benturan Globalisasi. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 962-968.

Rahman, A., & Ndona, Y. (2024). MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PENDEKATAN NILAI DALAM PKN: TANTANGAN DAN SOLUSI. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 9(3).

Wahyudi, A., & Setiawan, D. (2020). PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Perspektif Moral dan Karakter.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun