Mohon tunggu...
Siti Zubaidah
Siti Zubaidah Mohon Tunggu... Guru - Long Life Learner

Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Anak Menjadi Percaya Diri, Penurut, Sopan dan Santun di Masa Pra Aqil Baligh, Memang Bisa?

11 Februari 2024   21:49 Diperbarui: 11 Februari 2024   22:26 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parents, memiliki buah hati selain sebuah amanah juga ujian. Bagaimana tidak? Seseorang bisa masuk surga atau sebaliknya karena anaknya. Bukan hanya anak yang akan dimintai pertanggung jawabannya namun juga orang tuanya. Tidak ada kata yang tepat mendeskripsikan kata orang tua selain pembelajar sepanjang hayat. Terkadang parents merasa belum bisa menjadi orang tua sempurna, bingung dan ingin melepaskan segala gundah gulana. Itulah mengapa agama mengajarkan kita untuk selalu menuntut ilmu karena menjadi orang tua tidak ada sekolahnya, dan ilmu tentang pengasuhan anak terus berkembang karena anak-anak kita hidup di zamannya bukan di zaman orang tuanya.

Memasuki fase pra aqil baligh tentu memiliki tantangan tersendiri bagi parents. Ada orang tua yang kaget mengetahui anaknya yang tadinya bersikap sangat manis tetiba berubah menjadi pembangkang. Ada anak yang di depan orang tuanya menunjukkan sikap sebagai anak yang penurut namun di belakang orang tuanya ternyata sangat bar bar. 

Mempunyai anak yang santun, sholih, baik, dan sopan di depan banyak orang maupun saat anak sendiri tentu impian setiap orang tua. Bagaimana caranya? Memang bisa? Tentu bisa dong! Semua permasalahan dalam hidup ini pasti ada solusi dan solusi terbaik sebenarnya sudah ada dalam agama namun terkadang kita enggan mencarinya atau tidak tahu bagaimana cara mencarinya. Berikut tips agar anak menjadi penurut, sopan dan santun di masa pra aqil baligh versi penulis yang masih belajar menjadi ibu yang baik, yaitu:

1. Tidak melewatkan fase pertama kehidupannya yaitu 0-7 tahun pertama kehidupan anak

Saat anak di fase 0-7 tahun pertama kehidupannya, jangan menjadikan anak sebagai tawanan dengan berbagai larangan namun jadikan anak sebagai raja. Layaknya raja pastinya semua keinginannya harus dipenuhi. Di masa ini peran orang tua sangat penting karena akan menjadi teladan dan membentuk karakter anak di tahapan usia selanjutnya. Emosi orang tua harus diatur sedemikian rupa sehingga anak selalu mendapati orang tuanya dalam keadaan bahagia dan tersenyum. Tulus dan menghadirkan dirinya seratus persen saat bersama anak.

2. Mendidik anak sesuai zamannya

Saat kita kecil mungkin kita bisa menikmati semua permainan tanpa terganggu gawai. Namun saat ini menghindari gawai seratus persen juga bukan pilihan yang bijak menurut penulis. Parents hanya perlu membatasi dan mengawasi. Penulis sengaja tidak membelikan gawai ke anak sampai usia 15 tahun namun berbagi gawai dengan orang tua, bukan karena tidak mampu penulis lakukan namun dengan sharing gawai penulis bisa mengontrol dan mengawasi tontonan anak dan bahkan terkadang kami menonton bersama. Anak terkadang protes namun penulis berusaha memberikan pengertian karena bersyukur waktu anak banyak dihabiskan untuk kegiatan bakat dan minat.

3. Melibatkan anak pada kegiatan yang sesuai minat dan bakatnya

Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar Kelas 1, penulis sudah memasukkan anaknya di kegiatan ekstrakurikuler. Tidak semua kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti, hanya yang menarik hati anak saja, yaitu futsal. Tahun kedua berganti ekskul menjadi soccer dan terus soccer hingga kelas 6 saat ini. 

Anak kita mungkin belum terlihat minat dan bakatnya di tahun-tahun awal sekolah dasar, namun mencoba beberapa kegiatan yang membuat anak bahagia tentu akan membuat seleksi alam tersendiri bagi anak menemukan bakatnya.

Kegiatan eskul juga membantu anak memanfaatkan waktunya dengan baik sehingga sedikit waktu yang digunakan untuk bermain gawai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun