Mohon tunggu...
Siti Khoirnafiya
Siti Khoirnafiya Mohon Tunggu... Lainnya - Pamong budaya

Antropolog, menyukai kajian tentang bidang kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Apa itu Monstrositas

15 Januari 2025   14:17 Diperbarui: 15 Januari 2025   14:17 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Setiap budaya memiliki mite dan legenda tentang makhluk halus, roh jahat, atau monster yang dianggap mengancam. Makhluk-makhluk ini seringkali menjadi inspirasi bagi penciptaan monster dalam film horor. Contohnya, di Indonesia, kita mengenal pocong, kuntilanak, dan tuyul, sedangkan di Barat, ada vampir, werewolf, dan hantu.

Peristiwa sejarah yang traumatis, seperti perang atau bencana alam, seringkali menjadi inspirasi bagi cerita horor. Misalnya, film-film horor tentang perang dunia seringkali menampilkan monster yang merepresentasikan trauma dan kekejaman perang.

Nilai-nilai sosial dan budaya yang berlaku dalam suatu masyarakat juga mempengaruhi cara monstrositas digambarkan. Misalnya, dalam budaya patriarki, perempuan seringkali digambarkan sebagai sosok yang jahat atau mengancam jika mereka melampaui peran gender yang diharapkan.

Film horor yang dibuat pada zaman yang berbeda akan memiliki representasi monstrositas yang berbeda pula. Misalnya, film horor pada era Victoria seringkali menggambarkan monstrositas sebagai simbol dari penindasan seksual, sementara film horor modern mungkin lebih fokus pada ketakutan terhadap teknologi atau perubahan iklim.

Budaya memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk representasi monstrositas dalam film horor. Dengan memahami konteks budaya di mana film tersebut dibuat, kita dapat lebih memahami makna yang terkandung di balik monster-monster yang ditampilkan. Selain itu, dengan membandingkan representasi monstrositas dari berbagai budaya, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih luas tentang ketakutan-ketakutan universal yang dimi

liki oleh manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun