Mohon tunggu...
Siti Khoirnafiya
Siti Khoirnafiya Mohon Tunggu... Lainnya - Pamong budaya

Antropolog, menyukai kajian tentang bidang kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Perilaku Prososial Pada Remaja?

20 September 2024   21:29 Diperbarui: 20 September 2024   21:31 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Perilaku Prososial pada Anak Remaja: Memahami dan Mendorong Empati dan Kebaikan

Masa remaja merupakan periode penting dalam perkembangan manusia, di mana individu mengalami perubahan fisik, kognitif, dan sosial yang signifikan. Pada tahap ini, anak remaja mulai membentuk identitas diri, membangun hubungan sosial yang lebih kompleks, dan mengembangkan nilai-nilai moral yang akan memandu perilaku mereka di masa depan. Salah satu aspek penting dalam perkembangan moral remaja adalah perilaku prososial, yaitu tindakan yang dilakukan dengan tujuan membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan. 

Perilaku Prososial: Sebuah Tinjauan Multidisiplin

Perilaku prososial, secara sederhana, adalah tindakan yang dilakukan seseorang untuk membantu atau menguntungkan orang lain. Namun, definisi ini menjadi lebih kompleks ketika kita melihatnya dari sudut pandang berbagai disiplin ilmu.

Psikologi. Dalam psikologi, perilaku prososial sering dikaitkan dengan konsep empati, altruisme, dan motivasi sosial. Psikolog berusaha memahami faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berperilaku prososial, seperti kepribadian, lingkungan sosial, dan pengalaman masa lalu. Teori-teori seperti teori pertukaran sosial dan teori empati-altruisme mencoba menjelaskan mengapa orang melakukan tindakan prososial.

Sosiologi. Sosiologi memandang perilaku prososial sebagai produk dari norma-norma sosial, struktur sosial, dan institusi sosial. Faktor-faktor seperti kelas sosial, budaya, dan agama dapat memengaruhi tingkat dan jenis perilaku prososial yang ditunjukkan oleh individu dalam suatu masyarakat.

Biologi. Pendekatan biologis terhadap perilaku prososial berfokus pada dasar genetik dan neurobiologis dari perilaku tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa ada komponen genetik yang berperan dalam perilaku prososial, serta adanya area-area tertentu di otak yang terkait dengan empati dan prososialitas.

Ilmu Politik Dalam ilmu politik, perilaku prososial sering dikaitkan dengan konsep kewarganegaraan aktif dan partisipasi politik. Penelitian dalam bidang ini fokus pada bagaimana mendorong partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial dan politik.

Antropologi Antropolog mempelajari perilaku prososial dalam konteks budaya yang berbeda. Mereka melihat bagaimana nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan praktik sosial memengaruhi cara orang berinteraksi dan membantu satu sama lain.

Perilaku prososial mencakup berbagai tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain, seperti membantu, berbagi, berempati, dan menunjukkan rasa peduli. Perilaku ini merupakan manifestasi dari nilai-nilai moral dan etika yang dianut oleh individu. 

Antropologi dan Perilaku Prososial

Antropologi, sebagai ilmu yang mempelajari manusia dalam segala aspek kehidupannya, memiliki banyak ahli yang telah meneliti perilaku prososial dalam berbagai konteks budaya. Beberapa nama yang sering muncul dalam kajian ini antara lain:

  • Margaret Mead: Meskipun lebih dikenal dengan penelitiannya tentang budaya remaja di Samoa, Mead juga menyoroti pentingnya sosialisasi dalam membentuk perilaku prososial. Dalam beberapa tulisannya, ia membandingkan nilai-nilai prososial dalam berbagai budaya.

  • Bronislaw Malinowski: Malinowski adalah salah satu pelopor antropologi lapangan. Ia meneliti berbagai aspek kehidupan masyarakat primitif, termasuk sistem kekerabatan dan sistem sosial yang mendukung perilaku saling membantu.

  • Claude Lvi-Strauss: Lvi-Strauss, seorang strukturalis, mengkaji struktur mendasar dari pikiran manusia dan bagaimana struktur ini memengaruhi perilaku sosial, termasuk perilaku prososial.

  • Marshall Sahlins: Sahlins dikenal dengan teorinya tentang "original affluent society", di mana ia meneliti bagaimana masyarakat pemburu-pengumpul dapat hidup dengan baik tanpa memiliki banyak harta benda. Konsep berbagi dan saling membantu merupakan ciri khas masyarakat semacam ini.

Jadi apa definisi prososial? Definisi perilaku prososial dapat bervariasi tergantung pada perspektif teoretis dan metodologi yang digunakan.

Bagaimana Konsep Relasi Sosial dalam Antropologi Menjelaskan Perilaku Prososial?

Konsep relasi sosial dalam antropologi merupakan kunci untuk memahami perilaku prososial. Antropologi melihat manusia sebagai makhluk sosial yang hidup dalam jaringan hubungan kompleks. Relasi sosial ini dibangun dan diperkuat melalui interaksi sehari-hari, norma sosial, dan nilai-nilai budaya.

Berikut beberapa cara konsep relasi sosial menjelaskan perilaku prososial:

  • Jaringan Sosial: Semakin kuat jaringan sosial seseorang, semakin besar kemungkinan mereka untuk terlibat dalam perilaku prososial. Ini karena jaringan sosial menyediakan dukungan sosial, informasi, dan norma-norma yang mendorong perilaku membantu.

  • Norma Timbal Balik: Banyak masyarakat memiliki norma yang menekankan pentingnya timbal balik dalam hubungan sosial. Artinya, jika seseorang melakukan kebaikan kepada kita, kita merasa berkewajiban untuk membalas kebaikan tersebut.

  • Identitas Sosial: Perasaan identitas sosial yang kuat dengan suatu kelompok dapat mendorong individu untuk berperilaku prososial demi kepentingan kelompok tersebut.

  • Nilai-nilai Budaya: Nilai-nilai budaya yang menekankan kolektivisme, kerjasama, dan empati cenderung mendorong perilaku prososial.

Pada masyarakat adat, konsep gotong royong sangat kuat. Relasi kekerabatan yang luas dan saling ketergantungan satu sama lain mendorong anggota masyarakat untuk saling membantu dalam berbagai kegiatan, seperti membangun rumah, bertani, atau merawat orang sakit.

Lalu bagaimana dengan perilaku prososial pada remaja? 

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Prososial pada Anak Remaja

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku prososial pada anak remaja, antara lain:

 Faktor Internal:

  • Empati: Kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi orang lain merupakan faktor kunci dalam mendorong perilaku prososial. Remaja yang memiliki empati tinggi cenderung lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih termotivasi untuk membantu.

  • Moralitas: Nilai-nilai moral yang dianut oleh remaja juga berperan penting dalam membentuk perilaku prososial. Remaja yang memiliki nilai-nilai moral yang kuat cenderung lebih terdorong untuk melakukan tindakan yang baik dan membantu orang lain.

  • Perkembangan Kognitif: Kemampuan berpikir abstrak dan memahami konsep-konsep moral yang kompleks pada remaja memungkinkan mereka untuk lebih memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan membuat keputusan yang lebih etis.

 Faktor Eksternal:

  • Pengaruh Orang Tua: Orang tua memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai moral dan perilaku prososial pada anak remaja. Model perilaku orang tua, komunikasi yang terbuka, dan dukungan emosional dapat mendorong anak remaja untuk mengembangkan perilaku prososial.

  • Ruang Pendidikan: Banyak generasi milenial telah menerima pendidikan yang lebih baik dan memiliki kesadaran yang lebih tinggi tentang isu-isu sosial. Mereka diajarkan untuk kritis dan peduli terhadap lingkungan sekitar.

  • Pengalaman Hidup: Banyak generasi milenial tumbuh dalam era globalisasi dan mengalami berbagai peristiwa penting seperti serangan 11 September, krisis ekonomi global, dan perubahan iklim. Pengalaman-pengalaman ini mungkin telah membentuk nilai-nilai dan perspektif mereka tentang dunia.

  • Pengaruh Teman Sebaya: Teman sebaya juga memiliki pengaruh yang kuat pada perilaku remaja. Remaja yang memiliki teman sebaya yang prososial cenderung lebih terdorong untuk melakukan tindakan yang baik dan membantu orang lain.

  • Pengalaman Sosial: Pengalaman sosial yang positif, seperti terlibat dalam kegiatan sukarela atau membantu orang lain, dapat meningkatkan rasa empati dan mendorong perilaku prososial pada remaja.

  • Nilai-nilai Inti: Generasi milenial sering dikaitkan dengan nilai-nilai seperti otentisitas, individualisme, dan inklusivitas. Nilai-nilai ini dapat mendorong mereka untuk mencari cara untuk membuat perbedaan di dunia.

  • Pengaruh Teknologi: Pertumbuhan pesat teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan generasi milenial akses yang lebih mudah ke informasi tentang isu-isu global. Mereka dapat terhubung dengan orang-orang dari seluruh dunia dan terinspirasi untuk mengambil tindakan. Media sosial juga memfasilitasi gerakan-gerakan sosial dan kampanye online yang mendorong partisipasi.

Pentingnya Perilaku Prososial pada Anak Remaja?

Perilaku prososial memiliki banyak manfaat bagi anak remaja, antara lain:

  • Meningkatkan Kesejahteraan Sosial: Perilaku prososial membantu membangun hubungan sosial yang positif dan menciptakan lingkungan yang lebih harmonis.

  • Meningkatkan Kesehatan Mental: Melakukan tindakan prososial dapat meningkatkan rasa kebahagiaan, kepuasan, dan harga diri pada remaja.

  • Membangun Karakter yang Kuat: Perilaku prososial merupakan indikator dari karakter yang kuat, seperti empati, rasa peduli, dan tanggung jawab.

Mendorong Perilaku Prososial pada Anak Remaja

Berikut beberapa cara untuk mendorong perilaku prososial pada anak remaja:

  • Menanamkan Nilai-Nilai Moral: Orang tua dan guru dapat menanamkan nilai-nilai moral yang kuat pada remaja, seperti empati, rasa peduli, dan tanggung jawab.

  • Memberikan Contoh Perilaku Prososial: Orang tua dan guru dapat menjadi model perilaku prososial bagi remaja dengan menunjukkan tindakan yang baik dan membantu orang lain.

  • Memfasilitasi Pengalaman Sosial yang Positif: Orang tua dan guru dapat memfasilitasi remaja untuk terlibat dalam kegiatan sukarela, membantu orang lain, dan berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang.

  •  Membangun Komunikasi yang Terbuka: Orang tua dan guru dapat membangun komunikasi yang terbuka dengan remaja untuk membahas isu-isu moral dan etika, serta mendorong mereka untuk berpikir kritis tentang perilaku mereka.

Perilaku Prososial pada Anak Remaja

Perilaku prososial merupakan aspek penting dalam perkembangan moral anak remaja. Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya dan menerapkan strategi yang tepat, orang tua, guru, dan masyarakat dapat membantu remaja untuk mengembangkan perilaku prososial yang akan bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan lingkungan sekitar.

Apa itu Perilaku Prososial pada Remaja?

Perilaku prososial adalah tindakan yang dilakukan seseorang untuk membantu atau menguntungkan orang lain. Ini bisa berupa tindakan sederhana seperti berbagi makanan, membantu teman yang kesulitan, atau kegiatan yang lebih besar seperti menjadi relawan. Pada remaja, perilaku prososial ini sangat penting karena menjadi fondasi bagi pembentukan karakter dan hubungan sosial yang positif.

Mengapa Perilaku Prososial Penting bagi Remaja?

  • Membangun empati: Melalui tindakan prososial, remaja belajar untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain dan memahami perspektif mereka.

  • Meningkatkan rasa percaya diri: Ketika remaja melakukan kebaikan, mereka akan merasa lebih baik tentang diri sendiri dan memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi.

  • Memperkuat hubungan sosial: Berinteraksi dengan orang lain melalui tindakan prososial membantu remaja membangun hubungan yang lebih kuat dan bermakna.

  • Menciptakan lingkungan yang lebih baik: Tindakan prososial dapat menciptakan lingkungan yang lebih positif dan mendukung bagi semua orang.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Prososial pada Remaja

  • Pengaruh keluarga: Cara orang tua berinteraksi dan bersikap terhadap orang lain sangat memengaruhi perilaku anak.

  • Lingkungan sekolah: Suasana sekolah yang mendukung perilaku prososial, seperti adanya program-program sosial, akan mendorong remaja untuk lebih proaktif.

  • Teman sebaya: Teman-teman sebaya memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku remaja. Jika teman-temannya juga memiliki perilaku prososial, remaja cenderung meniru perilaku tersebut.

  • Media sosial: Media sosial dapat menjadi alat yang efektif untuk mendorong perilaku prososial, misalnya dengan mengikuti akun-akun yang menginspirasi atau bergabung dengan komunitas online yang fokus pada kegiatan sosial.

Tantangan dalam Memupuk Perilaku Prososial pada Remaja

Ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam memupuk perilaku prososial pada remaja, antara lain:

  • Tekanan teman sebaya: Tekanan dari teman sebaya untuk berperilaku tertentu dapat menghambat remaja untuk menunjukkan perilaku prososial.

  • Individualisme yang meningkat: Tren individualisme yang semakin kuat dapat membuat remaja kurang peduli dengan orang lain.

  • Akses mudah terhadap informasi yang tidak akurat: Informasi yang salah atau menyesatkan di media sosial dapat memengaruhi pandangan remaja tentang dunia dan orang lain.

  • Perubahan yang cepat: Perubahan sosial dan teknologi yang cepat membuat nilai-nilai prososial menjadi lebih kompleks dan sulit untuk diajarkan.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak:

  • Orang tua: Memberikan contoh yang baik, berkomunikasi secara terbuka, dan memberikan dukungan emosional.

  • Sekolah: Menciptakan lingkungan belajar yang positif dan kondusif, serta melibatkan siswa dalam kegiatan sosial.

  • Komunitas: Mengorganisir kegiatan-kegiatan yang melibatkan remaja dan masyarakat.

  • Pemerintah: Membuat kebijakan yang mendukung pengembangan karakter dan perilaku prososial pada remaja.

Intinya memupuk perilaku prososial pada remaja adalah tugas yang kompleks namun sangat penting. Dengan kerja sama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat, kita dapat menciptakan generasi muda yang peduli, empati, dan siap berkontribusi bagi masyarakat.

Cara Memupuk Perilaku Prososial pada Remaja

  • Berikan contoh yang baik: Orang tua dan guru perlu menjadi contoh perilaku prososial bagi remaja.

  • Libatkan remaja dalam kegiatan sosial: Ajak remaja untuk berpartisipasi dalam kegiatan sukarela atau kegiatan sosial lainnya.

  • Ajarkan empati: Bantu remaja untuk memahami perasaan orang lain dan bagaimana tindakan mereka dapat memengaruhi orang lain.

  • Berikan pujian dan pengakuan: Apresiasi setiap tindakan prososial yang dilakukan remaja, sekecil apapun itu.

  • Diskusikan isu-isu sosial: Ajak remaja untuk berdiskusi tentang isu-isu sosial yang sedang terjadi dan bagaimana mereka dapat berkontribusi untuk mengatasi masalah tersebut.

Pada prinsipnya, perilaku prososial adalah fondasi penting bagi perkembangan remaja yang sehat dan bahagia. Dengan memberikan dukungan dan bimbingan yang tepat, kita dapat membantu remaja untuk tumbuh menjadi individu yang peduli, empatik, dan berorientasi pada sosial.

Peran Sekolah dalam Menumbuhkan Perilaku Prososial

Sekolah memiliki peran yang sangat krusial dalam menumbuhkan perilaku prososial pada siswa. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:

  • Kurikulum yang Integratif: Menanamkan nilai-nilai prososial dalam berbagai mata pelajaran, tidak hanya dalam pelajaran agama atau PPKn. Misalnya, mengajarkan kerjasama dalam mata pelajaran kelompok, empati dalam pelajaran sejarah, atau tanggung jawab dalam proyek sains.

  • Kegiatan Ekstrakurikuler: Mengadakan kegiatan seperti bakti sosial, kunjungan ke panti asuhan, atau klub lingkungan. Kegiatan ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi langsung dengan orang lain dan lingkungan sekitar.

  • Program Peer Mentoring: Membentuk kelompok mentoring di mana siswa senior menjadi mentor bagi siswa junior. Hal ini dapat membantu siswa belajar satu sama lain dan saling mendukung.

  • Model Peran Guru: Guru menjadi contoh yang baik bagi siswa. Dengan menunjukkan perilaku prososial dalam kehidupan sehari-hari, guru dapat menginspirasi siswa untuk melakukan hal yang sama.

  • Kesepakatan Kelas: Membuat kesepakatan bersama di kelas tentang perilaku yang diharapkan, seperti saling membantu, menghargai perbedaan, dan menyelesaikan konflik secara damai.

Memaksimalkan Dampak Media Sosial terhadap Perilaku Prososial Remaja?

Media sosial memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku remaja, baik positif maupun negatif.

  • Positif: Media sosial dapat menjadi platform untuk menyebarkan pesan positif, kampanye sosial, dan menginspirasi tindakan prososial. Selain itu, media sosial juga dapat memfasilitasi interaksi sosial dan memperluas jaringan pertemanan.

  • Negatif: Di sisi lain, media sosial juga dapat menjadi sumber informasi yang tidak akurat, menyebarkan kebencian, dan mendorong perilaku negatif seperti cyberbullying.

Untuk memaksimalkan dampak positif media sosial, penting bagi orang tua dan pendidik untuk:

  • Memandu penggunaan media sosial: Membantu remaja memilih konten yang positif dan bermanfaat.

  • Mengajarkan literasi digital: Membekali remaja dengan keterampilan untuk mengevaluasi informasi yang mereka dapatkan di media sosial.

  • Membangun komunikasi yang terbuka: Membicarakan tentang dampak positif dan negatif media sosial dengan remaja.

Semoga bermanfaat!

Referensi yang bisa dibaca: 

Boehm, C. (1999). Hierarchy in the forest: The evolution of egalitarian behavior. Harvard University Press.

Ingold, T. (2000). The perception of the environment: Essays on livelihood, dwelling and skill. Routledge.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun