Di tengah kesibukannya, Siti bertemu kembali dengan Fahri, sahabat lama yang selalu ada untuknya. Ia mencoba memperbaiki hubungan mereka, berharap bisa menemukan kebahagiaan yang pernah hilang. Namun, ia sadar bahwa hatinya masih menyimpan luka yang belum sepenuhnya sembuh.
Waktu seakan menjadi obat mujarab bagi luka di hati Siti. Hari demi hari, rasa sakit yang dulu mengiris hatinya perlahan memudar. Ia mulai menyadari bahwa memaksakan diri untuk terus berlarut dalam kesedihan tidak akan membawanya ke mana-mana. Siti menutup lembaran masa lalu dan membuka babak baru dalam hidupnya. Ia belajar untuk memaafkan diri sendiri dan orang lain. Dengan perlahan tapi pasti, Siti mulai bangkit dan menatap masa depan dengan penuh harapan. Harapan adanya Fahri di menjadi teman sebagai sahabatnya itu pun memberikan semangat. Ia juga menyadari bahwa cinta tidak selalu harus berakhir dengan sebuah hubungan romantis. Cinta bisa hadir dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah persahabatan yang tulus seperti yang ia miliki dengan Fahri.
Hingga suatu saat, seorang adik angkatan Siti yang menjadi adik bimbingann Siti tiba-tiba curhat bahwa ia menyukai Fahri. Seketika Siti kaget. Ia menyimpan dirinya terkait perjodohannya dengan Fahri. Ia mendengarkan seksama cerita adik angkatannya yang bernama Mega itu. Mega nampak seperti anak yang ceria dan manja. Siti pun tak sampai bercerita. Siti pun tiba tiba berpikir untuk menkodohkan mereka.
" Tapi apakah Fahri setuju?" Ujar Siti dalam benaknya? Â Apakah Fahri akan membuka hatinya untuk Mega?
Siti terjebak dalam dilema yang baru. Di satu sisi, ia ingin melihat Fahri bahagia. Di sisi lain, ia merasa tidak enak hati pada Mega. Namun, ide untuk menjodohkan mereka berdua mulai menarik perhatiannya. Mungkin ini adalah cara terbaik untuk menghilangkan rasa bersalahnya kepada Fahri dan juga membantu Mega mendapatkan cinta yang ia inginkan.
Dengan hati-hati, Siti mulai mendekati Mega. Ia sering mengajak Mega berbicara tentang Fahri, mencoba mencari tahu lebih dalam tentang perasaan Mega pada Fahri. Siti juga berusaha untuk mendekatkan Fahri dan Mega dengan cara yang halus.
Pada sisi lainnya, sejak Siti memutuskan untuk move on, semangat juang Fahri seakan menyala berkobar. Ia melihat kesempatan ini sebagai ajang untuk membuktikan pada Siti, bahwa ia mampu menjadi pilihan yang lebih baik. Fahri mencalonkan pada BEM fakultas, Ia berharap nantinya selalu tampil paling depan dan berharap bisa menangkap sekilas senyuman kagum dari gadis itu. Ambisi Fahri untuk menjadi ketua BEM memang besar, namun ada satu alasan yang lebih mendalam. Ia ingin menunjukkan pada Siti bahwa ia layak untuk dicintai. Ia ingin menjadi sosok yang kuat, mandiri, dan sukses, seperti yang selama ini ia impikan. Setiap langkah yang ia lakukan, setiap keputusan yang ia ambil, semuanya termotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan hati Siti.
Ambisi Fahri semakin membara. Setiap hari, ia menghabiskan waktu untuk menyusun program kerja, berdiskusi dengan teman-teman seperjuangan, dan melakukan kampanye. Ia berharap semua jerih payahnya akan membuahkan hasil dan ia bisa terpilih sebagai ketua BEM. Namun, di balik semua kesibukannya, ia tetap memikirkan Siti. Setiap kali melihat Siti tersenyum, hatinya langsung berbunga-bunga.
Arya mengamati Fahri dari kejauhan. Ia melihat semangat juang sahabatnya yang berkobar, bagaimana Fahri berjuang keras untuk mencapai posisinya sebagai ketua BEM. Rasa bersalah semakin menghantuinya. Ia tahu bahwa persaingannya dengan Fahri untuk mendapatkan hati Siti telah menyakiti sahabatnya itu. Tekadnya bulat, ia ingin membantu Fahri meraih mimpinya.
Sinar matahari sore menyinari wajah Arya yang penuh penyesalan. Ia berdiri di depan pintu kamar Fahri, menggenggam erat secarik kertas berisi kata-kata maaf. Dengan nafas yang memburu, Arya mengetuk pintu. Saat pintu terbuka, tatapan mereka bertemu. Arya memberanikan diri untuk menemui Fahri. Dengan tulus, ia meminta maaf atas semua kesalahan yang telah ia perbuat.
Tanpa basa-basi, Arya langsung mengungkapkan perasaannya. "Fahri, gue minta maaf atas semua yang udah gue lakuin. Gue sadar, gue udah nyakitin lo. Gue bangga liat lo sekarang, lo udah jadi sosok yang hebat. Biarkan gue bergabung dengan tim suksesmu, Gue tahu lo lagi berjuang keras, Bro. Gue bangga sama lo. Gue pengen bantu lo," " ujar Arya tulus.