Kajian Antropologi Cinderella di Era Digital: Dongeng Klasik dalam Balutan Dunia Maya
Di tengah hiruk pikuk kota metropolitan, hiduplah seorang gadis bernama Cinder. Ia bekerja sebagai asisten desainer di sebuah butik terkenal, namun hidupnya jauh dari glamor. Cinder tinggal di sebuah apartemen kecil bersama ibu tirinya, seorang influencer media sosial yang ambisius, dan dua saudara tirinya yang sibuk mengunggah konten di media sosial.Â
Cinder selalu dibebani pekerjaan rumah tangga, sementara ibu tirinya dan saudara tirinya asyik berdandan dan berfoto untuk konten mereka. Cinder pun jarang mendapatkan kesempatan untuk bersenang-senang, apalagi untuk menghadiri pesta-pesta mewah yang sering diadakan di kota.Â
Suatu hari, sebuah undangan pesta gala tiba di rumah Cinder. Pesta tersebut diadakan oleh CEO perusahaan fashion ternama, seorang pria tampan dan sukses bernama Prince. Ibu tiri dan saudara tirinya langsung bersemangat untuk menghadiri pesta tersebut, namun mereka melarang Cinder untuk ikut.Â
Mungkin itu salah satu cerita yang akan muncul di era sekarang. Kisah Cinderella, yang telah berabad-abad menjadi bagian dari budaya manusia, kini mengalami transformasi signifikan dalam era digital. Dengan adanya internet, media sosial, dan platform digital lainnya, dongeng klasik ini terus berevolusi, beradaptasi, dan bahkan mungkin menantang norma-norma yang telah ada.
Cinderella di Dunia Maya: Fenomena dan Implikasinya
Reinterpretasi dan Reimajinasi: Cinderella Modern: Sebuah Transformasi yang Menarik
Kisah Cinderella, yang sudah berabad-abad menjadi bagian dari dongeng klasik, telah mengalami transformasi yang signifikan dalam versi-versi modern. Jika dulu Cinderella digambarkan sebagai gadis miskin yang pasif dan menunggu keajaiban, kini karakter ini telah berevolusi menjadi sosok yang lebih kuat, mandiri, dan proaktif.
Mengapa Cinderella di Reinterpretasi?
Ada beberapa alasan mengapa kisah Cinderella terus diinterpretasi ulang dalam versi modern: