Bagian 2: Reaksi Lingkungan dan DilemaÂ
Setelah Siti dan Arya mengungkapkan perasaan mereka, kabar kedekatan mereka pun menyebar dengan cepat di kalangan teman-teman satu kelas. Reaksi mereka pun beragam. Sebagian besar teman-teman mereka merasa senang dan mendukung hubungan mereka. Mereka melihat betapa serasi dan bahagianya Siti dan Arya bersama.
"Akhirnya, kalian jadian juga! Cocok banget sih," ujar Rani, salah satu teman sekelas mereka.
"Iya, setuju banget sama Rani. Semoga langgeng ya," timpal Beni.
Dukungan juga datang dari keluarga Siti. Ibunya sangat senang melihat putrinya menjalin hubungan dengan seorang pemuda yang baik dan bertanggung jawab seperti Arya.
"Arya itu anak baik, Siti. Ibu yakin kamu akan bahagia bersamanya," ujar Ibu Siti.
Namun, ada satu hal yang membuat Siti sedikit khawatir. Guru ngajinya, seorang wanita yang sangat Siti hormati, ternyata memiliki rencana lain untuknya. Guru ngajinya itu ingin menjodohkan Siti dengan sahabat karib Arya.
"Siti, bagaimana kalau kamu dijodohkan dengan sahabat Arya? Dia anak yang sholeh dan berasal dari keluarga yang baik," ujar guru ngajinya.
Siti merasa bingung. Di satu sisi, ia sangat menghormati guru ngajinya. Di sisi lain, hatinya sudah tertambat pada Arya.
Siti semakin hari semakin tertekan dengan dilema yang dihadapinya. Ia mencoba menghindari Arya untuk sementara waktu, takut jika kedekatan mereka semakin dalam, maka rasa sakit yang akan ia rasakan jika harus berpisah akan semakin besar. Namun, Arya yang peka menyadari perubahan sikap Siti.
Hari-hari Siti terasa begitu berat. Bayangan perjodohan yang semakin dekat membuatnya semakin tertekan. Ia sering melamun, memikirkan masa depannya yang terasa begitu suram. Arya yang semakin hari semakin menyukainya, justru membuatnya semakin bingung. Ia takut jika ia menerima perasaan Arya, lalu bagaimana dengan perjodohan yang telah direncanakan orang tuanya?