Mohon tunggu...
Siti Khoirnafiya
Siti Khoirnafiya Mohon Tunggu... Lainnya - Pamong budaya

Antropolog, menyukai kajian tentang bidang kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Antropologi dalam Mengkaji Negara

13 Juli 2024   09:00 Diperbarui: 13 Juli 2024   09:19 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bagaimana antropologi mengkaji negara? Dari konsekuensi keilmuan antropologi, tentu saja mencoba untuk berbeda dengan ilmu politik murni dalam kajian negara. Antropologi mengakui holistik, di mana politik tidak dikesampingkan, tetapi bukan satu-satunya "ukuran' memandang, termasuk negara.  Seperti dalam Laura Nader (1972) dalam esai Up the Anthropologist---Perspectives Gained from Studying Up ada beberapa alasan yang ia yakini bahwa antropologi mulai mengkaji up dengan masyarakat kajiannya. Alasan tersebut adalah antropolog harus bersemangat dengan kajian yang mendalam tetapi akan biasa jika mengesampingkan mempelajari organisasi utama pemerintah sebagai bagian dari kewajiban sosial dan moral dalam keilmuannya, termasuk perusahan swasta, organisasi nirlaba dan instansi pemerintahan. Pengetahuan berharga tentang organisasi tersebut akan memberikan pengaruh kehidupan masyarakat. Proliferasi penelitian tersebut untuk mengembangkan pemahaman lebih baik. [1]

Lalu bagaimana antropologi dalam perdebatan kajian tentang negara? Jika dilihat dari beberapa referensi kajian antropologi tentang negara, terlihat bahwa antropologi (konteks) saat ini memberikan penghargaan bagi antropologi klasik dalam mengawali kajian negara meskipun memberikan kritik dengan mengaitkan dengan isu-isu masyarakat urban, postmodern, dan globalisasi. kajian Bouchard (2011) dan Trouillot diperkaya oleh Sharma dan Gupta misalnya menginspirasi kita untuk memikirkan ulang tentang teori-teori negara di era transnasionalisme-globalisasi dan praktiknya. 

Bouchard (2011) melihat bahwa penting melihat praktik keseharian warga negara dalam memandang negara dibanding dengan memposisikan negara sebagai kuasa terpusat dalam struktur negara yang dipelihara dalam praktik keseharian warga negara. Bouchard sepakat dengan Foucault (1993) tentang tubuh politis dan bio-power bahwa kuasa sering 'di simulasi',  bahwa kemungkinan dan intrik ideologis bisa dilawan, bahkan yang ditanamkan pun bisa menolak hegemoni Negara.  Negara dimetaforakan dalam penglihatan tentang gajah, jika kita tidak tahu (tertutup matanya) kita akan memandang dari apa yang kita rasa dari sentuhan bagian tubuh gajah. Meski demikian, Bouchard memandang penting melihat asal usul negara yang sebelumnya dipahami sebagai organisasi penggabungan dari sistem kekerabatan dengan wilayah yang luas. Dengan demikian, Bouchard mengkritik Foucault yang penting  juga melihat aktor daripada sekedar proses. Negara dapat dilihat dari kelembagaan, organisasinya tingkatannya, agenda, posisi, dan peranannya  yang transformatif. 

Dengan memahami day-to-day dari negara maka negara dapat dikaji dalam isu globalisasi dari lapangan Michel-Rolph Trouillot (2001), misalnya tentang imigran. Di sinilah kontribusi antropologi, bagaimana memberikan pemahaman ketegangannya. Ketegangan tersebut menurut Trouillot dalam beberapa hal. [4] Tantangan bagi antropolog adalah mempelajari praktik, fungsi, dan efek ini tanpa mengurangi prasangka tentang situs atau bentuk pertemuan. Etnografi negara juga perlu mempelajari ketegangan di antara politik terorganisir dan banyaknya praktik institusi selain pemerintah (resmi atas nama negara). Negara memiliki proses dari sekedar politik institusional dan birokrasi yang mapan. Antropolog harus mengembangkan alat baru untuk menganalisis postmodern dari sekedar etnosentrisme era modern dan pramodern. Selain itu antropologi perlu memberi ruang lebih dari sekedar pandangan bahwa sarana dan media serta pendidikan yang dikendalikan negara, tetapi memiliki hubungan masyarakat sipil.  Efek negara bisa jadi sebagai alat metodologis dan membuat karya etnografis yang juga empirs.

Antropologi dalam kacamata Gupta dan Sharma (2006) perlu menganalisis negara dalam praktiknya kesehariannya yang berada dalam isu representasi negara.[5] Dengan demikian maka pendekatan antropologis adalah memahami bagaimana  negara sebagai multilayer, kontradiktif, translokal ansambel institusi, praktik, dan orang dalam konteks global.  Perspektif antropologi memungkinkan kita memperhatikan dengan seksama konstitusi budaya negara, yaitu bagaimana orang memandang negara, bagaimana pemahaman mereka dibentuk oleh lokasi khusus mereka dan pertemuan yang intim dan terkandung dengan proses dan pejabat negara, dan bagaimana keadaan negara dalam hidup mereka sendiri. Menganalisis proses budaya di mana negara  juga memiliki pengalaman juga memungkinkan kita untuk melihat bahwa ilusi kohesi dan unitariness yang diciptakan oleh negara selalu diperebutkan dan rapuh, dan hasilnya proses hegemonik yang seharusnya tidak dianggap biasa. Baik Gupta maupun Sharma (2006) menekankan pentingnya analisis dari praktik keseharian dari negara. Praktik birokrasi menjadi sangat terkait dengan kontestasi budaya dan konstruksinya. [6] Ini alasan kontribusi antropolog melihat  negara perlu dilihat sebagai artefak dan efek budaya, semisal neoliberal. [7] Dengan memikirkan tentang bagaimana negara terbentuk secara budaya,  konsekuensi sosio politik dan sehari-hari dari konstruksi yang  melibatkan bergerak melampaui analisis kelembagaan tingkat makro '' negara '' untuk dilihat pada praktik dan pertemuan sosial dan birokrasi dan teks budaya publik.

Bagaimana kita mengkonseptualisasikan formasi negara? Apa hubungan pembentukan negara sebagai proses kebudayaan? Bagaimana memahami proses pembangunan negara dipahami? bagaimana konteks sejarah dan global menjadi penting untuk perdebatan semacam itu. Apakah etnografi mempunyai signifikan terhadap perdebatan itu? Dalam buku  Joseph-Nugent dan Krohn-Hansen-Nustad (ed) melibatkan negara secara keseharian yang selama ini terabaikan, termasuk budaya populer. Untuk pembentukan negara modern Meksiko, ada politik dan ekonomi internasional/dunia dengan kekuatan lokal dan regional. Ia sepakat dengan Benedict   Anderson globalisasi dengan media (print) bahkan teknologi mampu menyebarkan gagasan (kebudayaan) secara massa melintasi teritori negara. Dengan pandangan itu maka kebudayaan yang temporer dan fluid  yang identik dengan gagasan klas "bawah"/folk/masyarakat pun---budaya populer mampu memberi kontribusi untuk pembentukan negara modern secara lebih dinamis. Kebudayaan sebagai praktik keseharian tampaknya lebih relevan dan penting bagi kajian antropologi tentang negara. Krohn-Hansen dan Nustad (2005) menguraikan bahwa realitas negara harus dipahami secara imajiner etnografis dan dalam konkret praktik terkait dengan referensi negara. Intinya adalah kita perlu mengerjakan concretehistories. [8].

Lalu Bagaimana sebuah negara memperoleh realitasnya dalam kehidupan sehari-hari? dengan kata lain, bagaimana bidang sejarah dan hubungan kuasanya?  Krohn-Hansen dan Nustad (2005), melihat ada 5 hal yang perlu dibahas secara khusus, yaitu 1) sejauh mana memahami konstruksi dan rekonstruksi negara bagian sebagai 'pertemuan antara  individu atau kelompok dan pemerintah '?; 2) bagaimana kita bisa memeriksa dan menulis tentang produksi negara sebagai entitas yang 'muncul dan bertindak dengan kehidupannya sendiri?; 3) bagaimana kita harus mengerti upaya badan negara dan perwakilan negara untuk menghasilkan jenis tertentu warga negara?; 4) bagaimana upaya membangun negara dengan mengartikulasikan dengan gender?; dan 5) bagaimana hubungan antara formasi negara dan kekerasan?  Krohn-Hansen dan Nustad (2005), melihat bahwa formasi negara adalah hasil dari pertemuan dan bentuk interaksi, dibentuk melalui pengaruh perjuangan sumber daya dan makna. Setiap formasi negara yang ada pada kenyataan telah diproduksi melalui negosiasi terus-menerus 'di lapangan'.    Dari semua perdebatan antropologi tentang negara, Krohn-Hansen dan Nustad (2005),  melihat antropologi memberikan kontribusi jika dilihat dari praktik keseharian dari negara.  Formasi negara dapat diciptakan dengan sebuah alat penting yaitu etnografi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun