Mohon tunggu...
Siti Muslichah
Siti Muslichah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru, baru belajar menulis dan InsyaAllah akan menulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Dugderan, Simponi Budaya Menyambut Ramadhan Perspektif Psikologi Indegenous

25 Januari 2025   06:46 Diperbarui: 25 Januari 2025   07:19 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://zonapos.co.id. (foto : M. Effendi )

                                                                               

Dugderan adalah tradisi penuh makna dan warna, yang biasanya dilaksanakan menjelang bulan Ramadhan di Kota Semarang. Acara ini adalah simbol penyambutan bulan suci yang penuh berkah. Tradisi diwarnai dengan berbagai kegiatan diantaranya karnaval, yang melibatkan perbagai unsur , dari lembaga pendidikan maupun non kependidikan . 

Masyarakat berkumpul untuk menikmati berbagai makanan khas, dan munculnya pedagang menjual asongan berbahan gerabah serta permainan anak-anak. 

Dugderan memiliki makna spiritual yang dalam.  Dibalik kemeriahan terdapat harapan untuk mempersiapkan diri menyambut bulan suci ramadhan dengan penuh kesadaran dan rasa syukur.  Perayaan Dugderan  juga menjadi daya tarik wisata yang memperkenalkan budaya kota Semarang, sehingga berkonstribusi pada perekonomian lokal.

Dugderan sebagai Sarana Memelihara Kesehatan Psikologi

Kita dapat memelihara bagaimana tradisi itu berfungsi sebagai alat penguatan indentitas budaya dan komunitas. Dalam Psikologi Indegenous, identitas budaya yang kuat berperan penting dalam kesehatan mental individu ketika masyarakat merayakan dugderan.

Perayaan seperti dugderan dapat berfungsi sebagai mekanisme koping untuk mengatasi stress , dugderan menawarkan pelarian sementara  yang mengedepankan kebahagiaan, membantu individu untuk merasakan positif dalam berbudaya serta berdaya yang berkonstribusi pada kesehatan mental yang baik. 

Simbol penyambutan bulan Ramadhan yang digambarkan sebagai makhluk mitologi  mirip dengan kuda yang dinamakan  " Warak Ngendok ". Dalam konteks spiritual, Warak Ngendok dihubungkan dengan harapan mendapatkan berkah dan perlindungan selama bulan Ramadhan .  Ini menambah dimensi spiritual pada perayaan. 

Kehadiran Warak Ngendok  dalam perayaan " Dugderan " membantu mempromosikan budaya Semarang dan meningkatkan perekonomian lokal melalui pariwisata dan ini sebagai peluang untuk mengenalkan tradisi kepada generasu muda agar Warak Ngendok tetap relevan dalam konteks modern

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun