Pemerintahan Bani Abbasiyah berdiri pada tahun 132 H/750 M. setelah runtuhnya ke Khalifahan Bani Umayyah. Pendiri dinasti ini adalah Abbu Abbas as-Saffah dan menjadi khalifah pertama pemerintahan Bani Abbasiyah. Beliau memiliki garis keturunan Rasulullah dari pamannya yakni Al-Abbas bin Abdul Muthalib. Maka dari itu nama Abbasiyah diambil dari nama paman Rasullah SAW yakni Al-Abbas bin Abdul Muthalib ibn Hasyim.
Bani Abbasiyah menjadi Dinasti terpanjang  dibandingkan dengan dinasti lainnya yakni kekuasaan Dinasti Abbasiyah berkuasa hingga lima abad lamanya dari tahun 132 H/750 M-656 H/1258 M. Dan jumlah Khalifahnya mencapai tiga puluh tujuh khalifah yang pernah berkusa.
Dalam masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah oleh para sejarawan dibagi menjadi empat periode. Pada periode pertama dimulai tahun 749-847 M. Masa keemasannya terjadi pada periode pertama ini. Karena kedudukan para Khalifah sangat kuat serta menjadi pusat kekuasaan politik, agama dan masyarakat yang makmur dan maju. Pada periode ini menjadi basis bagi perkembangan ilmu dan filsafat islam.
Salah satu puncak kejayaan Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa kepemimpinan Harun ar-Rasyid. Dimana puncak kejayaan ini bukan hanya rakyat yang makmur dan maju, akan tetapi dari segi kekuatan militer, ilmu pengetahuan dan bidang sastra pun mencapai masa kejayaan. Dari masa kejayaan ini menciptakan beberapa tokoh Historiografi Islam.
Historiografi Islam adalah penulisan kembali sejarah yang berkaitan dengan islam yang ditulis oleh orang islam dan objek yang ditulis mengenai tokoh islam atau peristiwa sejarah mengenai islam. Dimana porses penulisan ditelaah secara kritis dan objektif.
Pada masa daulah Abbasiyah, ilmu sejarah telah masak untuk melahirkan karya mengenai sejarah formal yang difondasikan dengan legenda, tradisi, biografi, geneologi, dan narasi. Berikut adalah tokoh-tokoh historiografi islam pada masa Dinasti Abbasiyah:
- Ath-Thabari
Abu Ja'far Muhammad Ibn Jarir ath-Thabari adalah nama lengkap Imam Ath-Thabari. Beliau lahir di kota Amul, Thabaristan yang terletak di pantai selatan laut Thabaristan pada tahun 224 H/837 M. dan beliau meninggal pada usia 86 tahun tepatnya pada tahun 310 H/923 M dikota Baghdad.
Berkat bimbingan orang tuanya ath-Thabari mampu menghafal al-Quran sejak usia dini. Baghdad yang menjadi pusat ilmu pengetahuan pada masa daulah Abbasiyah menjadi daya tarik tersendiri bagi ath-Thabari untuk menuntut ilmu. Selain itu tujuan beliau memilih Baghdad yakni ingin bertemu dan belajar langsung dengan Imam Ahmad bin Hanbal. Akan tetapi, sebelum beliau tiba di kota tersebut Imam Ahmad bin Hanbal meninggal dunia. Imam ath-Thabari yang cerdas mampu menjadikan dirinya sebagai sejarawan besar, ahli tafsir, ahli qira'at, ahli hadis, ahli fiqih dan seorang ensiklopedis.
Sebagai sejarawan besar ath-Thabari dalam penulisian sejarah menggunakan metode Historiografi Riwayat. Dimana penulisannya guna mengetahui cara penukilan, pemeliharan, penjelasan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan dan ikrar. Metode ini juga mempelajari sanad dan matan peristiwa sejarah yang berpegang pada nash yang benar dan berita yang terfilter. Salah satu karya ath-Thabari yang menggunakan metode Historiografi Riwayat yakni kitabnya yang berjudul Tarikh al-Rasul wa al-Muluk. Kitab ini terbagi mejadi beberapa bagian yang menjelaskan sejarah umum manusia, mulai dari penciptaan alam dan berakhir pada tahun 302 M. statusnya sebagai ahli hadis tercermin dari perhatiannya terhadap sanad-sanad para penuturnya dalam rangkaian bersambung para tokoh.
Menurut konsep historiografi dan sejarah yang dipraktikkan oleh Ath-Tabari, metode sejarah pertama adalah meninjau sejarah, mempelajari teks dan mempelajari sanad, dan lalu setelah itu tinjauan terhadap kandungan apa yang dituturkan dan refleksi filosofi atau metodis terhadapnya.
- Ibnu Ishaq
Muhammad Ibn Ishaq Ibn Yasar Ibn Khiyar adalah nama lengkap dari Ibnu Ishaq. Beliau lahir di kota Madinah pada tahun 80 H. Sejak kecil beliau sudah mengembara untuk menuntut ilmu, mulai dari Kufah, Jazirah, Ray hingga akhirnya beliau tiba di kota Baghdad. Beliau tinggal di ibu kota daulah Abbasiyah ini hingga menghembuskan nafas terakhirnya diantara tahun 150-152 H menurut Khalifah bin Khayyath. Ibnu Ishaq berguru dengan banyak ulama besar diantaranya yakni ayahnya yang bernama Ishaq bin Yasar, pamannya yang bernama Musa bin Yasar, Aan bin Ustman, Basyir bin Yasar, Sa'id bin Abi Hind, Abu Ja'far al-Baqir dan masih banyak lagi.