Orang-orang terdahulu mereka berhadapan dengan bahaya-bahaya berbentuk fisik seperti pedang, kapak, peluru, tombak, Batu, panah dan meriam dan sebagainya. Sebagaimana yang kita tahu ketika Muhammad Al fatih menghadapi tembok-tembok kuat konstantinopel, lalu Muhammad Al Fatih pun menyiapkan serangan-serangan yang sangat kuat bahkan lebih kuat dari pada tembok konstantinopel. Padahal pada masa itu tembok konstantinopel sangat kuat yang mempunyai ketebalan tiga lapis.
Lapis pertama yaitu terdapat parit yang lebarnya 20 meter dan kedalamannya 10 meter, lalu tembok kedua setinggi 8 meter dengan ketebalan 3 meter dan tembok ketiga tingginya 12 meter dengan ketebalan 5 meter. Pada masa itu tembok konstantinopel seperti sangat mustahil untuk di serang atau di jebol, tetapi dengan kebesaran Allah swt, Muhammad Al Fatih menggunakan serangan kekuatan fisik yang sedemikian kuat, menggunakan meriam yang lebih besar dari biasanya, sehingga dapat menaklukan konstantinopel.
Dapat kita ulik, bahwa pada zaman dulu orang-orang membangun tembok-tembok tinggi, tembok-tembok tebal karena yang mereka perangi adalah berbentuk fisik. Begitupun dengan kaum muslimin, semakin kuat mereka di serang dalam bentuk fisik maka semakin kuat juga pertahanan kaum muslimin, bahkan lebih kuat dari pada serangan yang mereka terima. Namun pada zaman sekarang sudah bukan lagi zamannya serangan dalam bentuk fisik, tetapi dalam bentuk pemikiran.
Serangan itu langsung masuk ke dalam pemikiran seseorang tanpa dibatasi oleh tembok atau dibatasi oleh hal yang berbentuk fisik, dan daya serangan ini lebih mematikan karena serangan ini tidak membuat seseorang mati namun dibuat berubah menjadi memihak kepada lawan. Mereka mengendalikan software orang tersebut, mengendalikan pikirannya sehingga dia berbalik menuju arah lain.
Perang pemikiran adalah sebuah hal sangat mengerikan daripada perang dalam bentuk fisik. Banyak kita temui pada masa kini, orang yang sangat ahli dalam ilmu fikih, dipanggil ustadz, sudah haji beberapa kali, namun ketika dia tidak punya tembok untuk menghalangi serang pemikiran maka dia akan ikut ke pemikiran liberal, pemikiran yang jauh dari ajaran islam. Contohnya ada umat islam yang mendukung hubungan terlarang yaitu LGBT, mendukung sistem demokrasi yang seolah-olah adalah jalan keluar dari sebuah permasalahan, yang menganggap lebih tinggi kedudukannya dari pada hukum Allah. Padahal kita tahu bahwa itu adalah serangan-serangan pemikiran dari orang yang benci dengan islam dan ingin menghancurkan islam, lalu setelah kita tahu bahwa orang-orang yang tidak menyukai islam ingin sekali menghancurkan pemikiran kita, lantas apakah kita sudah menyiapkan tembok untuk menghalangi serangan pemikiran tersebut.?
seharusnya ketika kita sudah tahu, kita harus menyiapkan tembok untuk tidak terpengaruh dengan perang pemikiran tersebut seperti orang-orang pada jaman dulu yang menyiapkan tembok untuk tidak diserang oleh musuh dalam perang berbentuk fisik. Dan ini beberapa upaya versi saya untuk membangun tembok agar tidak terpengaruh perang pemikiran.Â
Yang pertama teruslah belajar jangan berhenti belajar untuk memperluas wawasan kita memperdalam pemahaman. kita jadi generasi muda muslim ini sudah seharusnya memiliki banyak target, misalnya target membaca buku, dalam sebulan berapa buku yang harus selesai dibaca, mengikuti seminar yang bisa memberikan kepada kita asupan-asupan yang bergizi terkait berbagai macam ilmu dan wawasan penting bagi kita atau ikut diskusi (Mentoring), dan bisa juga dengan mengikuti akun-akun yang bisa memberikan wawasan dan pencerahan. Â Yang berikutnya adalah kita senantiasa berpegang kepada sumber-sumber yang pokok, jadi prioritas di dalam belajar harus diatur sebagaimana kita memahami Alquran, bagaimana kita memahami hadits-hadits Nabi SAW, yang dijadikan sebagai prioritas utama.Â
Kalau orang sudah mengerti apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah dan Rasulnya pasti dia tidak akan mudah tergoyahkan oleh berbagai macam perang pemikiran. kalau orang sudah punya basic pemahaman yang bagus, dasar-dasar pemahaman yang kuat tentang Islam, tentang Alquran dan tentang sunnah. Maka insya Allah tidak akan dikelabui oleh perang pemikiran yang benci dengan islam. Â Nah, lalu ini yang paling penting, yaitu teruslah berdoa kepada Allah yaitu doa Allahumma arinal haqqo haqqon warzuqnattibaa'ahu, wa arinal bathila bathila warzuqna tiba bahu. Wa laa taj'alhu multabisan 'alaina fanadlilla, waj'alna lil muttaqiina imaama.
ini doa yang penting untuk senantiasa diulang-ulang dalam menghadapi situasi zaman yang kebenaran dan kebatilan begitu terasa abu-abu untuk dibedakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H