Mohon tunggu...
Salma Madani
Salma Madani Mohon Tunggu... GTT -

Perempuan yang hobi menulis cerpen, resensi, dan artikel. Tinggal di Karanganyar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jagalah Pandanganmu

9 Mei 2015   21:49 Diperbarui: 3 November 2015   22:16 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasulullah SAW. bersabda, “Memandang wanita (dengan syahwat) adalah panah beracun dari berbagai macam panah iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah Azza wa Jalla, maka Allah akan memberi balasan iman kepadanya yang akan didapati kelezatannya di dalam hatinya.” (HR. Ahmad)

Sahabat, pria mana sih yang tidak suka memandang kecantikan wanita? Memang sudah menjadi fitrah manusia menyukai keindahan. Di antara keindahan itu adalah wanita cantik. Lalu, mengapa redaksi hadits tersebut berbunyi ‘memandang wanita’ dan bukan ‘memandang pria?’ Apakah hadits itu hanya tertuju kepada kaum Adam dan tidak untuk kaum Hawa? Apakah wanita tidak suka memandang pria tampan?

Kelemahan pria itu ada pada mata dan kelemahan wanita itu ada pada telinga. Pria mudah terpesona melihat kecantikan wanita dan wanita mudah terlena mendengar rayuan dan pujian pria. Benar tidak? Maka, tepatlah jika hadits di atas menyeru kepada pria dan bukan kepada wanita. Wanita pun suka memandang pria tampan tetapi tidak sebesar hasrat pria ketika memandang wanita. Pada surat An-Nur ayat 30 dan 31, perintah menjaga pandangan itu ditujukan pada pria dan wanita tanpa terkecuali.

Lalu wanita yang bagaimanakah yang dilarang untuk dipandang? Apakah berarti pria harus menunduk terus saat di hadapannya ada wanita? Bisa-bisa temanmu akan meledek, “Uangmu jatuh ya, Boy kok dari tadi lihat ke bawah terus. Ntar kesandung lho!” Atau, haruskah pria selalu menundukkan pandangan saat berbicara dengan lawan jenis? Mungkin kamu akan berpikir, bisa-bisa wanita yang menjadi lawan bicaraku akan tersinggung karena aku tidak melihatnya saat ia berbicara.

Wanita yang dilarang untuk dipandang adalah wanita non-mahram. Tentang wanita mahram dan non-mahram ini kamu bisa lihat di surat An-Nisa’ ayat 23. Kamu tidak harus melulu menunduk saat berhadapan dengan wanita.

Imam Nawawi Rahimahullah berkata, “Setiap yang diharamkan untuk dipandang, maka haram untuk disentuh. Namun ada kondisi yang membolehkan seseorang memandang –tetapi tidak boleh menyentuh, yaitu ketika bertransaksi jual beli, ketika serah terima barang, dan semacam itu. Namun sekali lagi, tetap tidak boleh menyentuh dalam keadaan-keadaan tadi.” (Al-Majmu’: 4: 635)
Apakah arti kata ‘dan semacam itu?’ Misalnya, kamu sedang berbicara dengan lawan jenis dalam rangka membicarakan hal yang benar-benar penting dan bermanfaat, bertanya, berdiskusi, seminar, dan belajar. Nah, dalam kondisi-kondisi tersebut kamu dimaafkan, diperbolehkan untuk memandang dalam batasan-batasan tertentu.

Batasan itu ialah temanmu wanita itu menutup aurat secara sempurna, tidak menyepi berdua, tidak bercampur-baur antara pria dan wanita, dan kamu tidak menatapnya lama-lama. Salah satu guru saya mengatakan bahwa memandang lebih dari tiga detik itu sudah termasuk lama, sudah masuk pandangan yang haram. Dalam suatu sabdanya, Rasulullah SAW. memaafkan pandangan pertama yang tidak disengaja lalu beliau menyuruh pria tersebut untuk segera berpaling. Mungkin kamu akan berkata, “Kalau begitu, puaskan dulu pandangan pertama dengan berlama-lama memandang wanita cantik. Pandang dulu secara menyeluruh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Setelah itu baru berpaling.”

Itu pun tidak boleh, Sahabat. Pandangan pertama yang dimaafkan adalah pandangan yang tidak disengaja. Termasuk batasan itu ialah kamu dilarang memandang bagian-bagian tertentu dari wanita. Misalnya saat berbicara dengan wanita kamu terus saja memelototi matanya yang indah bak bintang kejora. Atau kamu terus menatap pipinya yang merah merona ibarat mawar merekah. Wah, bisa-bisa temanmu wanita jadi risih karena tatapan matamu yang terfokus ke satu arah. Pandanglah sekilas saja! Sekadar menunjukkan bahwa kamu memperhatikan ucapannya, sekadar menunjukkan bahwa kamu menghargai dan menghormati lawan bicaramu. Sahabat, coba pikirkan berapa banyak kemaksiatan yang berawal dari pandangan mata.

Lalu apa balasan Allah yang disebut sebagai manisnya iman dalam hadits di atas? Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam bukunya Taman Orang-Orang jatuh Cinta dan Memendam Rindu, menyebutkan ada 10 manfaat menjaga pandangan, yaitu:
1. Membersihkan hati dari derita penyesalan.
2. Mendatangkan cahaya dan keceriaan di hati.
3. Mendatangkan kekuatan firasat yang benar.
4. Membuka pintu dan jalan ilmu serta memudahkan untuk mendapatkan sebab-sebab ilmu.
5. Mendatangkan kekuatan hati, keteguhan, dan keberanian.
6. Mendatangkan kegembiraan, kesenangan, dan kenikmatan.
7. Membebaskan hati dari tawanan syahwat.
8. Menutup pintu neraka Jahanam.
9. Menguatkan dan mengokohkan akal.
10. Membebaskan hati dari syahwat yang memabukkan dan kelalaian yang melenakan.

Kenikmatan iman dan kasih sayang Allah hanya dapat diraih dengan senantiasa bertakwa kepada-Nya. So, tunggu apa lagi. Jagalah pandanganmu, Sahabat! Perhatikanlah penderitaan hati akibat mata yang mengumbar pandangan dalam sebuah puisi berikut:

Ada sekeping hati yang tertawan
karena mata mengumbar pandangan
siang terbayang, malam terkenang
padamu wanita berwajah indah
duhai hati yang hampir mati
kembalimu hanya pada illahi
semoga lalaimu diampuni
sebelum ajal menjemput diri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun