Dalam tulisa saya kali ini saya akan membahas tentang “Was was”. Apa itu was was?. Kawan, pernahkan kalian melihat orang disekitar kalian atau bahkan kalian sendiri wudhu’ secara berulang-ulang? Seperti ada perasaan wudhu’ kita belum sempurna, ketika membasuh wajah atau yang lainnya seperti ada perasaan airnya belum merata sempurna, sehingga harus mengulangi wudhu’nya, dan itu berlangsung berkali-kali dan setiap kali wudhu’. Atau juga kita sering melihat orang yang sedang sholat melakukan takbirotul ihrom berkali-kali, ada perasaan takbir kita kurang sempurna, sehingga harus mengulangnya secara terus menerus. Nah ini lah yang dinamakan “was was”.
Dalam dunia islam, was was merupakan godaan syetan kepada manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam surat an-naas yang artinya :
“katakanlah aku berlindung kepada tuhannya manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia”.
Dari ayat diatas sudah jelas bahwa was was itu berasal dari bisikan setan yang ditujukan kepada manusia. Oleh karena itu, was was bukanlah tindakan yang benar. Jadi kalaupun ketika ada perasaan was was ketika kita melakukan sholat atau kegiatan yang lainnya kita diperintahkan untuk mengabaikannya dan meminta perindungan kepada Allah. Mungkin karena itulah dari dulu saya diajari oleh orang tua saya ketika hendak sholat untuk membaca surat An Naas sebelum membaca niat sholat agar terhindar dari godaan syetan.
Nah, Sedangkan dalam dunia psikologi, was was disebut juga sebagai OCD (Obsessive Compulsive Disorder). OCD merupakan gangguan kecemasan dimana seseorang merasa terjebak dalam pikiran-pikiran yang negative dan terus menerus (obsesif), dan perilaku ritual yang repetitive (kompulsi) yang ditujukan untuk mengurangi perasaan kecemasan (Wade & Travis 2007). Para penderita obsesif-kompulsif umunya akan menyadari bahwa tindakan yang mereka lakukan merupakan tindakan yang masuk akal, dan mereka sering kali merasa tersiksa dengan ritual-ritual tersebut, namun apabila mereka meninggalkan ritual-ritual tersebut, maka mereka akan merasakan suatu kecemasan yang akan hilang hanya jika mereka kembali melakukan ritual-ritual tersebut. Clarke dkk (2004 dalam Wade & Travis 2007 ) menyebutkan bahwa beberapa bagian otak penderita gangguan obsesif kompulsif menjadi hiperaktif. Salah satu area di lobus frontal mengirimkan pesan mengenai bahaya yang akan terjadi ke area-area lainnya yang terlibat dalam mengendalikan gerakan dari otot-otot dan menyiapkan tubuh untuk merasa takut dan menyiapkan tubuh untuk merespon ancaman dari luar. Pada penderita gangguan obsesif-kompulsif sinyal tanda bahaya pada otak akan tetap berlanjut dan jejaring emosional akan tetap mengirimkan pesan “takut” yang salah (Wade & Travis 2007).
Sekarang sudah jelas kan kawan apa itu was was. Memang perasaan was was sangat mengganggu sekali. sebagai contoh penderita was was wudhu’ akan selalu merasa wudhu’nya kurang sempurna sekalipun mereka melihat sendiri anggota badan wudhu’nya sudah basah dialiri air tapi perasaan itu selalu saja muncul. Tapi perasaan seperti itu harus diabaikan, dan yang harus dilakukan adalah memantapkan diri bahwa apa yang sudah kita lakukan itu sudah benar.
Referensi :
Al-Qur’an Al Karim dan terjemahnya
Wade, Carole & Tavris, Carol.2007. PSIKOLOGI edisi kesembilan Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI