Mohon tunggu...
Siti Hajar
Siti Hajar Mohon Tunggu... -

mahasiswa psikologi UIN MALIKI Malang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Identifikasi Anak Berbakat

16 Juni 2015   19:16 Diperbarui: 4 April 2017   17:54 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia saat ini bisa dibilang kalah dari negara-negara lain, bahkan negara tetangga kita Malaysia. Salah satu yang menjadi penyebabnya adalah SDM orang Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan SDM warga negara lain. Ketika negara lain berlomba-lomba menciptakan suatu karya, Indonesia malah sibuk mengonsumsi karya negara lain. Hal ini tidak lain karena SDM kita yang masih kalah jika dibandingkan dengan negara lain. Salah satu faktor yang menjadi penyebab kalahnya SDM orang Indonesia adalah kurangnya penanganan negara kita terhadap orang-orang berbakat yang dimiliki Indonesia. Bukan hanya kurangnya penanganan, melainkan juga kurangnya idetifikasi terhadap orang-orang berbakat. Sangat disayangkan jika orang-orang berbakat tidak teridentifikasi. Jika mereka tidak teridentifiasi maka potensi besar yang mereka miliki tidak akan mendapat penanganan khusus, sehingga potensi besar yang mereka miliki tidak berkembang degan optimal dan tidak tersalurkan

Agar orang-orang berbakat bisa berkembang dengan optimal butuh adanya penanganan sejak dini. Oleh karena itu diperlukan adanya identifikasi tentang bakat mereka sejak dini. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk Identitfikasi awal terhadap anak berbakat adalah penjaringan dan penyaringan. Dan tempat yang paling efektif untuk melakukan penjaringan dan penyaringan ini adalah sekolah.

Penjaringan adalah proses identifikasi pertama kali yang dilakukan. Proses ini merupakan proses seleksi terhadap suatu populasi. Penjaringan ini bisa dilakukan dengan melihat nominasi guru atau juga bisa dengan melihat nilai mata pelajaran yang mereka raih atau juga dengan menggunakan tes  tergantung tujuan dari penjaringan itu sendiri. contohnya seperti ini, seumpama kita ingin melihat bakat dalam hal intelektual anak dan kita ingin mencari dari populasi anak kelas I sampai kelas III SMP. Kalau kita mau dengan cara melihat nilai mata pelajaran maka kita buat klasifikasi dulu mulai dari nilai berapa siswa bisa lolos seleksi. Setelah kita mendapat anak yang telah lolos seleksi berdasarkan nilai mata pelajaran itu langkah selanjutnya adalah penyaringan.

Penyaringan merupakan langkah lanjutan dari penjaringan. Bedanya dalam penyaringan ini digunakan alat tes psikologi. Jadi, anak-anak yang telah lolos dari seleksi penjaringan kita seleksi lagi dengan menggunakan alat tes psikologi. Namun alat tes psikologi yang digunakan disesuaikan dengan tujuan untuk keperluan apa penyaringan itu dilakukan. Setelah itu didapatlah anak-anak yang lolos seleksi. Nah, inilah yang dimaksud dengan penyaringan.

Jadi kesimpulannya, penjaringan dan penyaringan merupakan langkah awal atau langkah kasar untuk mengidentifikasi anak-anak berbakat disekitar kita. Bisa saja adik kita, teman dekat kita, teman satu sekolah adalah anak-anak yang berbakat. kita tidak akan tahu bakat yang mereka miliki kalau kita tidak mau memulai memperhatikan mereka dan menggali potensi yang mereka miliki sehingga mereka mendapat pelayanan yang tepat untuk mengembangkan potensi mereka. Sungguh sayang sekali jika potensi sebesar itu tidak teridentifikasi dan tidak ditangani dengan tepat.

Apalagi kalau menurut Islam, semua anak itu memiliki bakat mereka masing-masing sebagaiman hadis nabi berikut“ Kullu mauluudin yuuladu ‘ala al fithroti” kata fitrah disini memiliki beberapa arti dari berbagai pendapat. Fitrah bisa berarti “suci”, dalam arti suci dari dosa. Namun ada pendapat juga yang mengatakan fitrah disini juga bisa diartikan dengan “bakat”. Hadist tersebut diawali dengan kata “kullu mauluudin” dengan memakai isim nakiroh, yang memiliki arti semua anak yang terlahir (tidak terkecuali), kemudian dilanjutkan dengan kata-kata “yuuladu” yang berarti dilahirkan, “ ‘ala al fithroti” yang berarti dalam keadaan fithroh (berbakat). Jadi arti dari hadist tersebut adalah “ semua anak yang terlahir itu dilahirkan dalam keadaan fitrah atau berbakat. jadi hadist ini menjelaskan bahwa pada dasarnya semua anak yang terlahir didunia ini memiliki bakat. Entah itu anak orang kaya, anak orang miskin, anak seorang dosen, anak petani atau yang lainnya, semuanya memiliki bakat. Namun yang menjadi masalah adalah kebanyakan orang tidak menyadari bakat yang dimiliki anaknya. Sehingga yang terjadi adalah bakat itu tidak berkembang dengan optimal.

Jadi, kenalilah lebih dalam lagi anak-anak disekitar kita. Siapa tahu mereka adalah anak hebat yang memiliki segudang potensi yang akan menjadi generasi cemerlang nantinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun