Mohon tunggu...
Siti Hajar
Siti Hajar Mohon Tunggu... -

mahasiswa psikologi UIN MALIKI Malang

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bahagiakan Orang Tuamu Sebelum Mereka Meninggalkanmu

13 April 2015   15:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:09 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap manusia pasti akan meninggal. Tapi kita tidak tahu kapan kematian itu akan datang. Kematian merupakan hal yang dirasa sangat menakutkan bagi kebanyakan orang. Apalagi ketika hal itu dialami oleh orang yang sangat kita sayangi terutama orang tua kita. Rasa tidak menerima, sangat kehilangan, tidak percaya dengan kenyataan akan selalu menyelimuti. Hal inilah yang dulu pernah aku alami…

Siang itu ketika aku sedang berjalan pulang ke kos tiba-tiba ponselku bergetar. Nomor kakakku iparku yang saat itu tinggal di Banyuwangi mucul di ponselku. Aku mengangkatnya, dan disitu kudengar suara kakak perempuanku tersendat-sendat seperti orang menangis. Ia memintaku untuk segera pulang karena bapak sedang sakit parah. Memang akhir-akhir ini kondisi bapak kurang bagus, sudah beberapa kali bapak dirawat inap di rumah sakit. Sepertinya kondisi bapak semakin memburuk. Sempat terbersi dalam pikiranku ketika kakakku menyuruhku segera pulang “Ya Allah, apa bapak sudah meninggal?”, karena tidak mungkin keluargaku memberitahu kalau bapak sudah meninggal secara langsung lewat telpon. Namun aku berusaha membuang jauh-jauh pikiran itu. aku segera mengambil wudhu’ dan segera melaksanakan sholat dzuhur. Selesai melaksanakan sholat dzuhur saya langsung menuju stasiun dengan ditemani salah satu teman saya, namun untuk membeli tiket saya harus mengantri panjang. Padahal kereta ke Banyuwangi satu jam lagi sudah waktunya berangkat. Lalu saya berlari menuju tempat pemesanan tiket travel. Namun ternyata tidak ada jadwal yang berangkat siang itu juga. Namun baru bisa berangkat malamnya. Disitu saya berhenti di pintu keluar, sesak rasanya dada ini. Tak terasa air mata saya keluar ditempat itu juga. “Ya Allah, saya ingin segera melihat bapak”. Saya sempat bingung apa yang harus saya lakukan untuk bisa segera sampai di rumah. Lalu akhirnya saya berlali lagi ke stasiun, dan saya bertanya ke salah satu penjaga disitu apakah saya bisa mendapat tiket tanpa antrian panjang. Penjaga itupun menunjukkan cara agar saya tidak mengantri panjang. “Alhamdulillah Ya Allah” pikirku dalam hati. Setelah saya mendapat tiket, saya langsung masuk ke dalam kereta. Pikiran saya tidak karuan waktu itu. saya ingin membuang pikiran saya kalau bapak saya sudah mennggal. Tapi kenapa kakak saya sampai menangis? Kenapa saya disuruh pulang pada hari itu juga?. Lalu saya memutuskan untuk membaca surat Yasin untuk bapak saya. Dengan memaca surat Yasin saya berharap Allah memberi kesembuhan pada bapak saya. Sepajang perjalanan dari Malang sampai Banyuwangi, saya tidak berhenti membaca surat Yasin, dan mata sayapun tidak berhenti meneteskan air mata. Entah apakah banyak orang yang memperhatikan saya atau tidak, saya tidak peduli. Entah sudah berapa puluh kali saya mengulang bacaan Yasin saya.

Sesampainya di stasiun kalisetail Banyuwangi saya dijemput oleh kakak saya. Setelah masuk kedalam mobil, tidak banyak hal yang kita bicarakan. Saya hanya diam, tidak ada sepatah katapun keluar dari mulut saya. Sesampainya dirumah, saya tidak bisa menahan diri saya. Air mata telah membendungi mata saya. Sesak sekali rasanya dada ini melihat bapak yang sudah dibalut dengan kain kafan putih. Lemas rasanya kaki ini untuk sekedar menopang badan saya. Saya terduduk bersimpuh di depan bapak. Tidak percaya rasanya kalau bapak benaar-benar sudah meninggal. Saya belum sempat membahagiakan beliau, belum sempat menjadi anak yang berbakti untuk beliau, belum sempat membalas jasa-jasa beliau yang sudah merawat saya sejak lahir sampai sekarang ini. Menyesal rasanya diri ini belum benar-benar menjadi anak yang membahagiakan bapak.

Untuk itu kawan, bahagiakanlah orang tuamu selagi mereka masih ada di dunia ini sebelum ita tidak bisa melihat mereka selamanya.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun