Menikah merupakan impian semua orang. Selain merupakan ibadah, nikah merupakan buah cinta yang sangat tak ternilai harganya. Tapi bagi sebagian orang, nikah bisa menjadi momok menakutkan. Apalagi bagi para jomblowan dan jomblowati yang semakin digerus usia. Dari sisi lain menikah menjadi momok karena berbagai faktor, misalnya belum punya rumah, penghasilan pas-pasan, belum bisa bahagiain orang tua, dan yang paling menjadi alasan apalagi bagi mahasiswa adalah karena masih kuliah dan belum sarjana. Pada artikel ini saya akan sharing tentang menikah ketika kita masih kuliah. Dan kebetulan saya adalah salah satu mahasiswa yang meng-Aamini judul artikel di atas.
Ada adagium yang famous dimasyarakat kita “ Jodoh Itu Ditangan Tuhan bukan Ditangan Johan “, tapi tidak lantas kita diam saja hanya menunggu jodoh itu turun dari langit tiba-tiba datang kerumah langsung melamar kita bawain surat nikah apalagi bawain surat tanah hehe. Tapi, perlu ada usaha, bahasa agamanya ikhtiar. Agar jodoh kita pantas untuk membimbing kita bukan hanya di dunia tetapi juga di akhirat.
Memutuskan untuk menikah muda apalai ketika masih kuliah bukan keputusan yang gampang, tapi bukan berarti menjadi sebuah kemustahilan, “Impossible turn to I’m possible”. Nahhh, yang menjadi pertanyaan, bagaimana caranya menikah diusia muda tapi tetap menghasilkan keluarga yang MASLAHAH atau bahasa kitanya sakinah, mawaddah , warohmah.
Setidaknya ada 4 hal yang harus diperhatikan agar pernikahan happy ending, apalagi yang menikah diusia muda.
1. Niat
Yang menentukan pernikahan seseorang happy ending atau sad ending adalah niat pasangan itu sendiri. Ketika seorang perempuan menikahi pasangannya karen hartanya misalkan, karena dia anak pejabatlah atau konglomerat, maka ketika pasangan hidup kita sudah tidak jadi pejabat atau konglomerat bahasa orang awamnya bangrut disitu mulai benih-benih keretakan rumah tangga terlihat.
Ini hanya contoh sebagian kecil saja jika kita menikah diawali dengan niat yang tidak baik. Oleh karena itu didalam agam islam diajarkan bahwa nikah itu tidak ada tujuan lain niatnya hanyalah untuk beribadah “Litta’abbud Ilalloh”. Apapun nanti yang terjadi pasca akad, baik sehari, seminggu, sebulan, bahkan bertahun-tahun karena niatnya sudah ibadah masalah sebesar apapun dalam rumah tangga dia akan selalu mengembalikan itu kepada Tuhan. Sehingga ketika dia dihadapkan dengan masalah besar dia tidak akan mengatakan “ Masalahku Besar” tapi dia akan mengatkan “ Aku Punya Tuhan Yang Maha Besar”.
2. Hindari NATO ( No Action Talk Only )
Point kedua ini lebih ditujukan kepada pasangan laki-laki. Dalam berumah tangga apalagi di usia muda hindari ucapan selangit tapi ucapkanlah kata-kata yang membumi, artinya berbicara realita. Ini bukan jamannya pacaran yang hanya bermodalkan kata-kata untuk meluluh lantahkan hati perempuan. Jangan terlalu mengumbar janji manis, tetapi buktikanlah di depan pasangan kita bahwa anda adalah seorang suami yang bertanggung jawab.
Mulailah menyusun planning-planning untuk masa depan dari mulai target punya momongan, tahun berapa target punya rumah dan di usia berapa punya kendaraan. Jangan juga membuat planning-planning secara sepihak, ajaklah pasangan untuk berdiskusi setidaknya walaupun pasangan kita tidak memberikan ide atau gagasan sedikitpun akan tetapi pasangan kita akan merasa dihargai dengan dilibatkannya dalam menyusun planning ini.
3.Quality Time
Usia muda merupakan usia dimana kita masih lebih senang jalan bareng dengan teman-teman kita. Misalkan dengan teman kampus atau teman-teman SMA. Jangan sampai setelah menikah tidak ada waktu untuk teman-teman dengan alasan tidak ada izin dari suami. Maka disini diperlukan adanya komunikasi yang baik dengan pasangan. Tapi ingat sesibuk apapun kita dikampus baik itu mengerjakan tugas atau hangout bareng teman-teman kuliah, quality time dengan pasangan itu yang menjadi prioritas, jangan sampai dengan alasan suami sibuk kita juga banyak tugas,
suami asik dengan dunianya kitapun happy dengan teman-teman kita tidak ada waktu utnuk pasangan kita. Saya ingatkan kembali ini namanya quality time bukan quantity time, artinya waktu bersama pasangan tidak harus lama tapi kualitas kebersamaan dengan pasangan kita itu yang paling penting. Misalkan setelah suami kita pulang kerja ajaklan suami kita untuk mampir sekedar minum es kelapa atau yang lainnya. Tidak perlu mewah atau mahal yang terpenting adalah hadirkan keintiman di kala bersama.
4. Bersyukur
Fitrah manusia itu tidak akan pernah merasa puas. Sebelum punya motor pengen punya motor, pas udah punya motor pengen punya mobil, setelah punya mobil pengen punya mobil yang lebih mewah, dan akan terus begitu. Setampan atau secantik apapun pasangan kita ketika kita keluar rumah dan kita bertemu dengan orang lain yang lenih kece apalagi mapan, hati kecil kita pasti berbicara “ coba suami aku seperti itu “ apalagi kalau keadaan suami kita pas-pasan. Pasti ucapan kita lebih rendah daripada itu. Ada sebuah kata bijak yang mengajari kita “ jangan menunggu bahagia baru bersyukur, tapi bersyukurlah maka kita akan bahagia”.
Apapun yang sudah Tuhan gariskan, syukuri! Apapun yang telah Tuhan berikan, Nikmati! Kita yakin segala sesuatu yang sudah Tuhan takdirkan kepada kita ada hikmah yang kadang hanya Tuhan yang tau, bahasa agamanya husnudzan sama Tuhan. Tidak hanya untuk pasangan muda sebetulnya, pasangan yang sudah setengah abad misalkan bersyukur adalah kunci menjadi keluarga yang bahagia. Bersyukur bukan hanya dikala kita makmur tapi dikala kita hancur tetap harus bersyukur.
Ini hanya sebagian kecil advice untuk menciptakan keluarga yang maslahah. Apalagi bagi teman-teman yang menikah diusia muda atau yang akan menikah di saat kuliah. Semoga bermanfaat dan jadi bahan pertimbangan untuk teman-teman yang masih berpikir untuk menikah di usia muda, karena “menikah diusia muda itu lebih Indah dari pada menikah di usia tua”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H