Mohon tunggu...
Sitawati Ken Utami
Sitawati Ken Utami Mohon Tunggu... Freelancer - Menyukai menulis, menggambar, menari, memakai kain kebaya, berwisata alam

Nature-Education-Culture

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masker untuk Berbagi

30 Desember 2020   15:45 Diperbarui: 30 Desember 2020   16:01 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sekitar awal Maret 2020, Asadia anak perempuanku dengan segera mempunyai gagasan memproduksi masker! Ya , saat ini berita Covid 19 mulai naik. Kebutuhan masker meroket. Harga masker sangat  mahal. Bagaimana kalau kita bikin sendiri? Begitu tanya dia pada saya, ibunya. Saya setuju.

Diawali dengan kami beli bahan utama dan bahan pelengkap lainnya. Dari mulai belanja kain katun, sampai akhirnya kami menemukan bahan yang sering dicari-cari yakni spunbond dan pelapis tricod. Tentu saja perlu ditambah dengan belanja bahan dan alat pelengkap lainnya seperti   elastik, benang aneka warna, jarum pentul, gunting, dll.

Mulailah Asadia dan saya berkutat di mesin jahit, mereka-reka modelnya dan mengefisienkan bahan. Kebetulan juga Asadia yang masih kuliah di Perguruan Tinggi di Bogor sudah menyelesaikan masa perkuliahan tinggal menyelesaikan skripsi, sehingga dia punya banyak waktu untuk nyambi memproduksi masker.

Pada langkah awal, Asadia membuat beberapa contoh masker. Kemudian Asadia mempromosikan di media sosial yaitu twitter, ig serta WA. Saya pun membantu mempromosikan ke media sosial yang sama ditambah Facebook. Pesanan pun mengalir deras.

Bahan dari berbagai warna kita produksi sesuai pesanan. Tidak hanya di seputar Bogor tempat kami tinggal, tetapi juga pesanan dari Jakarta, Tangerang, Bekasi, Lombok, Pekanbaru, Yogyakarta, Bandung dan kota kota lainnya.

Mesin jahit yang kami miliki hanya 1 buah, pesanan hanya bisa dikerjakan 50 buah perhari. Mesin jahit yang kami miliki ini sudah lama tidak aktif digunakan sehingga rasanya senang sekali mendengar deru mesin hingga larut malam.

Setiap hari saya bergantian dengan Asadia pergi ke JNE mengirim masker untuk pemesan. Ada beberapa agen yang menjadi langganan kami. Kami menentukan agen JNE yang mana yang akan kita pakai untuk mengirim masker tergantung waktu penyelesaian masker dan jadwal pengiriman.

Ada yang  buka sampai jam 7 malam, ada pula jam 9 malam. Demi pelayanan yang maksimal kita mengejar jam tutup agen termalam.  Jarak dari rumah kami dengan beberapa agen JNE hanya sekitar 2-3 km saja. Hal ini memudahkan pengiriman dengan cepat.

Masker kami bisa dipesan dalam partai kecil maupun besar. Hanya senilai Rp.35.000 berisi 7 masker pun kita layani. Walau ongkos kirim tidak berimbang, Biasanya yang memesan sesedikit itu hanyalah untuk pemesan yang rumahnya dekat dekat saja. Banyak juga tetangga sekitar rumah yang memesan.

Namun untuk pengiriman luar kota pada umumnya pemesanan sebanyak 50 buah hingga 100 buah. Untuk teknis pembayaran kepada agen JNE, selain kami membayar secara cash, kami juga menggunakan pembayaran online melalui OPO.

Saking bergembiranya dengan kegiatan ini, Asadia sampai mengoleksi stiker stroke JNE sebagai bukti pengiriman. Secara keseluruan kami sudah memproduksi masker sebanyak 1500 buah lebih. Ini merupakan prestasi yang patut dibanggakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun